Oleh: Dedi Saputra,S.Sos.,M.I.Kom
Zabak.id, OPINI – Dalam panggung politik Tanjab Timur kian hari kian menarik, pertarungan ini ibarat lari sekancah padi, perlombaan panjang yang menuntut kesabaran dan kecerdikan. Pasangan Dillah-MT telah lama berlari dengan kepercayaan diri, seakan kemenangan sudah di depan mata. Namun, ibarat ular lidi betanduk, ditunggu jadi pembelah kayu, dalam keheningan yang memukau, Laza-Aris muncul tak terduga, warna perpolitikan menjadi kaku seakan diluar dugaan semua kalangan. Dengan langkah yang stabil, mereka menyalip Dillah-MT tanpa tergesa, membawa napas yang tetap teratur dan penuh ketenangan, seakan mereka telah menunggu saat ini sejak lama.
Laza-Aris datang bukan dengan hiruk-pikuk dan sorak birokrasi. Mereka tahu betul, seperti seloko Jambi hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, baik juga di negeri orang, baik lagi di negeri sendiri, kemenangan sejati adalah milik mereka yang berakar kuat pada dukungan rakyat, bukan pada janji yang dibungkus birokrasi. Setiap langkah mereka di panggung politik membawa aura baru, yang segar dan penuh harapan. Senyum mereka, tenang dan meyakinkan, menyapu keraguan yang mungkin masih menyelimuti hati rakyat Tanjab Timur. Setiap retorika yang mereka lontarkan, seakan bukan sekadar pidato biasa, melainkan pantun adat, pantun pusaka, kata-kata yang menembus hati, penuh makna dan kedalaman tanpa harus merusak reputasi lawan.
Sementara itu, Dillah-MT tampaknya masih bergantung pada sorak-sorai birokrasi, berharap dukungan lama dapat menjadi jaminan kemenangan. Namun, seperti seloko, naik rajo turun rajo, berganti talang, berganti batang, di atas panggung besar itu, situasi telah berubah. Rakyat yang awalnya mungkin tertuju pada pasangan Dillah-MT kini mulai berpaling dan mereka mengalami kejenuhan, ketika melihat kilauan baru dari Laza-Aris. Dukungan yang dulu mengalir pada mereka kini berbalik, memihak pada pasangan yang menawarkan bunga mekar dalam taman, kumbang datang menyeriakannya. Stadion yang awalnya tampak milik Dillah-MT kini diwarnai oleh gelombang dukungan Laza-Aris, para birokrat pun perlahan memainkan peran dipanggung belakang, seolah panggung kemenangan telah berganti tuan.
Laza-Aris bukan hanya pasangan politik baru, mereka adalah anak keteguk air madu, manis terasa sampai ketulang, wajah baru yang membawa angin perubahan, menebar senyuman bukan ancaman. Ibarat buayo ditarik ke darat, nakal ditebus dengan sanggahan, mereka tak gentar menghadapi rival yang lebih dulu berlari. Dalam waktu singkat, mereka tak hanya mampu menyamai langkah Dillah-MT, tetapi menyalip dengan gemilang, membawa semangat dan tekad baru. Setiap retorika yang mereka lontarkan di depan rakyat adalah seperti rayo nan datang, selam selamo, girang tibo ketimbalan hati, kata-kata yang tulus, yang meresap ke dalam sanubari masyarakat.
Pasangan Dillah-MT, yang tadinya percaya diri pada dukungan birokrasi, kini terlihat mulai tertegun. Mereka mengira panggung ini adalah milik mereka, namun seperti seloko Jambi anak disayang dibuai manja, bujang diambak dibujuk hati, kemenangan tak bisa diraih hanya dengan sokongan kekuatan lama. Sementara Dillah-MT masih menggantungkan harapan pada sorak sorai birokrasi, Laza-Aris telah merangkul panggung dengan getaran yang membuat takjub, menarik simpati dengan pesona yang menyegarkan dan visi yang jelas.
Seperti seloko Jambi yang mengingatkan, kayuhlah perahu, luncurkan biduk, jangan sampai hanyut dibawa arus, pertandingan ini memang belum berakhir. Tapi dengan selebrasi yang begitu gemilang, Laza-Aris telah menunjukkan bahwa mereka bukan hanya peserta dalam perlombaan ini, mereka adalah pelari yang telah siap menjejak garis finis dengan keyakinan penuh, membawa harapan baru bagi Tanjab Timur dengan tagline menakjub” BANGKIT”.