Ansori Barata*

Zabak.id, OPINI – Panggung Rosa harus mampu menghipnotis siapa saja yang mendengar nyanyiannya. Suara politik yang keluar bukan hanya sekadar nada dan irama, tetapi juga harus sarat dengan makna yang dalam, penuh kekuatan agar bisa menggugah harapan dan kepercayaan masyarakat. Setiap program yang dijanjikan oleh Rosa bukan hanya sekadar janji manis tanpa dasar, tetapi sebuah komitmen yang dinyanyikan dengan sepenuh hati. Karena Rosa yang hadir dalam Pilgub kali ini adalah penantang paling potensial maka suara politik yang keluar “harus lebih merdu dari yang sudah pernah didengar”, karena itu janji politiknya harus original, berkelas, dan lebih bernyali.

Rosa harus bisa mengibaratkan program-programnya sebagai sebuah simfoni yang harmonis. Setiap kebijakan adalah nada yang disusun dengan cermat untuk menciptakan kesejahteraan dan kemajuan bagi Jambi. Misalnya, program peningkatan pendidikan diibaratkan sebagai nada dasar yang penting, di mana setiap anak di Jambi berhak mendapatkan pendidikan berkualitas bahkan gratis. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah nada tengah yang menguatkan, memberikan stabilitas dan kesejahteraan, pinjaman lunak dan memudahkan, bantuan program kerakyatan yang terukur harus lebih muncul untuk mencuri kelemahan prestasi Hani. Selanjutnya, program pelestarian budaya dan lingkungan adalah nada tinggi yang melambangkan keindahan dan keberlanjutan penting untuk digagas. Demikian, jika ingin meletakkan sebuah strategi perang berdasar simbol nama dan muatan filosofi dari Romi Saniatul atau Rosa sang calon yang kini disinyalir bisa menumbangkan sang petahana jika strategi yang dijalankan mampu menjinakkan cinta mati dari loyalis Haris.

Rosa harus selalu menyisipkan pesan-pesan moral dan harapan, mengajak masyarakat Jambi untuk bersama-sama mewujudkan janji-janji tersebut, bahwa untuk mewujudkan semua program yang dijanjikan, diperlukan kerja keras, komitmen, dan kerjasama dari semua pihak. Rosa harus menegaskan, setiap janji adalah kontrak moral dengan rakyat yang harus ditepati. Rosa harus mampu berkomitmen untuk membuktikan bahwa janji-janji manisnya bukanlah sekadar ucapan tanpa makna.

Baca Juga :  Pengaruh Literasi Digital Dan Optimisme Terhadap Kepemimpinan Visioner

Maka Romi sebagai seorang calon gubernur harus bisa kembali memperlihatkan ketokohannya sebagai sosok berbeda dan pemimpin yang pemberani. Seperti tahun tahun perjuangannya mencari rekomendasi. Sangat terekam jelas di media massa bagaimana Ia kerap melakukan lobi lobi berani dan manuver bernyali untuk meraih dukungan partai. Dalam pada itu, ia juga mengalami fase fase kesedihan, kehilangan Ayah, ditinggalkan partai yang sama2 membersamai perjalanan, dan itu tidak menghentikan nyalinya. Termasuk usaha mencari pasangan. Hanya sedikit orang awam yang bisa memprediksi pilihan Romi kepada Saniatul. Dan pilihan ini tepat dan berkelas, ia mencari wakil yang secara representasi sangat mewakili wilayah, gender, public class, track record, hingga finansial termasuk patron di belakang.

Hani adalah pasangan incumbent yang tentu saja superior. Sekalipun demikian, Rosa tidak serta menjadi inferior. Sosok Rosa sebagaimana Hani juga memiliki segalanya. Modal, basis massa riil wilayah barat dan timur, pengalaman dan kemampuan, membuktikan bahwa penantang memiliki “bergaining position” yang sama dengan petahana. Inilah salah satu keindahan pesta demokrasi Pilgub Jambi tahun ini. Dua pasang calon istimewa dengan alutsista perang yang sama sama mumpuni kini tengah masuk dalam siasat terbaik mereka.

Baca Juga :  Sensasi Mudik (IV)

Keempat calon dari dua pasang calon ini merupakan bidadari bidadari politik. Bidadari tidak mesti merujuk jenis kelamin. Dalam dunia politik, Bidadari adalah keindahan. Para calon adalah pemain lama dengan kekuatan lama dan baru yang selama ini sudah memainkan keindahan tarian mereka. Keempatnya adalah bidadari politik terlatih.

Romi telah menempuh karir politik sejak anggota DPRD biasa, kemudian menjadi ketua, dan menjabat beberapa periode. Selanjutnya ia berhasil menjadi bupati tanjung jabung timur, dengan memenuhi semua limit waktu maksimal yang merupakan bukti bahwa Romi orang kuat yang bisa memberatkan siapapun dan membunuh lawan politiknya lewat pion pion taktis yang ia simpan dimana mana.

Demikian pula Haris, sang Petahana, seorang tokoh bersahaja, ia memulai perjalanan hidup dari menjadi loper koran, honorer hingga menjadi PNS. Karirnya mulai naik, menjadi lurah, menjadi tim pemenangan, kepala rumah tangga gubernur, ikut pilbup dan berhasil menjadi bupati merangin. Selanjutnya ia berhasil menjadi gubernur jambi lewat pigub yang penuh keriuhan, dan kesemua ini adalah bukti bahwa Haris adalah sosok pemimpin kuat yang miliki loyalis terukur.

Wakil yang didaulat pihak incumbent adalah Sani ( Abdullah Sani), tokoh masyarakat, dikenal sebagai ulama. Awalnya diminta untuk ikut pilwako dan ia pun berhasil menjadi wakil walikota Sy Tasya. Selanjutnya ia ikut Pilgub mendampingi sang Petahana, Haris dan ia berhasil menjadi wakil gubernur Jambi. Ini menunjukkan kemampuan spesialisasinya sebagai wakil mampu memenangkan siapapun, ia memiliki kohesi sosial yang baik dalam struktur sosial masyarakat Jambi. Ini harus jadi catatan Rosa bahwa sosok Sani adalah pemukul suara berbahaya dan bisa jadi kunci kemenangan pasangan Hani.

Baca Juga :  Mengapa Laza-Aris adalah Pilihan bagi Masa Depan Tanjab Timur?

Sosok yang tak kalah menariknya adalah Saniatul Latifah, istri Sukandar, mantan Bupati Tebo ini telah 2 kali berturut menjadi anggota DPRRI harus menjadi catatan penting bagi Hani untuk melihat pertarungan ini bukan pilgub biasa, tapi pilgub yang harus dijalankan dengan strategi terukur dan penuh kehati-hatian.

Diluar itu, diluar para kontestan, diantara pendukung, tim, patron di belakang, sangat banyak bidadari politik yang berkeliaran dengan semangat dukungan yang tinggi baik tulus maupun tidak tulus yang kini tengah ikut menari diantara lengking indah suara Rosa dari panggung rakyat atau bisikan cinta dari manisnya madu kekuasaan yang dimiliki Hani. Tinggal kembali kepada massa, ingin memiliki pemimpin yang Pemberani melawan rintangan demi rakyatnya, atau pemimpin yang setia dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya. Semua akan dijawab dalam kotak pemilihan suara pada 27 November 2024 mendatang.

Sekalipun nalar politik sering menyebutkan bahwa “proposisi incumbent” selalu diuntungkan dalam pesta demokrasi, namun kita juga harus merenungi suatu ungkapan sarkasme yang cukup pasaran ini, bahwa Politik adalah pertandingan tebak-tebakan, di mana rakyat harus menebak siapa yang akan mengecewakan mereka kali ini. Maka siap siaplah dikecewakan baik oleh Rosa, maupun oleh Hani karena dalam dunia politik hanya ada 1 pemenang, tidak ada pemenang kedua, sebab menurut Milan Kunderaa pemenang kedua sudah mati terbunuh oleh pemenang pertama.

*Pengamat sosial dan Politik, eksponen KOMPAK, Presidium Colega int.