Zabak.id, OPINI – Mendapatkan kabar bersilewaran di media massa diangkatnya Al Haris Gubernur Jambi sebagai Ketua Umum APPSI (Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia) 2023–2024, pada 2 Oktober 2023 seketika kemudian ingatan melayang dua tahun yang lalu.
Saat itu paska dilantik 7 Juli 2021, selain mengucapkan selamat atas pelantikan, saya langsung “ngegas”. Kita akan “running” ke tingkat Nasional. Demikian ujaran saya. Waktu itu eforia paska pelantikan begitu mengemuka.
Ucapan saya dianggap sepi. Selain waktu itu saya dianggap mimpi dan hanya bergurau, ucapan saya belum begitu menjadi perhatian. Dianggap angin lalu.
Dengan mimpi Al haris sebagai Gubernur Jambi yang begitu komitmen dengan Pencapaian rendah emisi Karbon melalui Program Bio Carbon Fund, saya membayangkan Al haris sebagai Gubernur Jambi akan menjadi perhatian nasional. Bahkan di tingkat Internasional.
Program Bio Carbon Fund kemudian bersama-sama dengan Provinsi Kalimantan Timur, Jambi dianggap “pioneer” didalam target capaian rendah emisi karbon.
Dengan nahkoda Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Provinsi Kaltim dan Jambi kemudian menaruhkan harapan besar.
Sebagaimana diketahui, Pada tahun 2030 Indonesia menargetkan penurunan emisi sebesar 29% dari Business As Usual dan bisa mencapai 41% lebih rendah apabila ada dukungan dari international. Target penurunan emisi 41% tersebut, 24,1% berasal dari sektor kehutanan. Sektor kehutanan memiliki porsi terbesar (60%) dari total kewajiban Indonesia untuk menurunkan emisinya. Pemenuhan target tersebut tentu membutuhkan sinergitas kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Guna melahirkan sinegitas tersebut harus dirumuskan sinkronisasi Rencana Operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 sampai ke tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Pelan-pelan kemudian program mulai menampakkan harapan. Capaian Provinsi Jambi untuk memenuhi target nasional membuat Provinsi Jambi dan Provinsi Kalimantan Timur “dilirik” internasional. Terutama World Bank.
Dengan kemampuan managerial Al Haris sebagai Gubernur Jambi “bak” Dirijen mampu memainkan perannya dengan baik.
Dengan gaya khas Melayu, meliuk-liuk, pelan-pelan kemudian menampakkan hasil. Provinsi Jambi menjadi “sorotan” internasional. Laporan World Bank sendiri sudah mempromosikan ditingkat global.
Pasar karbon yang menjadi pembicaraan internasional dan forum-forum COP menempatkan Jambi bak “gadis Melayu”. Dengan selendang khas yang mempesona. Tentu saja nada Melodi yang begitu mendayu-dayu. Membuat terpikat siapapun yang membicarakannya.
Pelan tapi pasti, Setelah melalui berbagai rangkaian panjang termasuk komitmen Pemerintah Provinsi Jambi didalam mendukung capaian pembangunan berkelanjutan, maka proses selanjutnya Pemerintah Provinsi Jambi dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Lingkungan sedang membangun proses negosiasi dengan World Bank. Salah satu penyumbang dana didalam program Bio Carbon Fund.
Berdasarkan dokumen, instrumen dana biokarbon didirikan untuk mendorong proyek-proyek yang menunjukkan bagaimana pertanian, kehutanan dan kegiatan penggunaan lahan lainnya (AFOLU) dapat menghasilkan Pengurangan Emisi serta manfaat lingkungan dan sosial jangka panjang yang dapat diukur, dipantau dan disertifikasi dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan perkembangan diatas maka tim pelaksana program BioCF baik dari perwakilan WB, KLHK dan Pemprov Jambi berupaya melakukan berbagai proses untuk mendorong percepatan pemenuhan semua persyaratan untuk penandatangan ERPA dan diharapkan dapat dilaksanakan pada akhir Desember 2023.
Peristiwa demi peristiwa baik didalam capaian negosiasi dengan World Bank yang mulai memasuki gelanggang diplomasi internasional, pencanangan pasar karbon melalui bursa Efek yang kemudian langsung di launcing Presiden Jokowi kemudian dilanjutkan Al Haris kemudian ditunjuk sebagai Ketua Umum APPSI (Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia) 2023–2024, membuat saya yakin. Running itu sedang berproses dan mulai menampakkan hasilnya.
Dan perhitungan saya tidak meleset. Memasuki tahun kedua dan tahun ketiga – Tahun pertama dan kedua tersita mengurusi Pandemik Covid-19 – Al Haris sudah dibicarakan di tingkat nasional.
Dengan perencanaan yang rapi, memasuki kurun tahun keempat, sudah saatnya momentum Al haris menjadi pembicaraan global. Rencana ini sedang berjalan.
Dan sudah saatnya Jambi dibicarakan dengan prestasi. Bukan sekedar gegap gempita dan gonjang-ganjing politik.
Dua kali selamat, Pak Gub. Selamat Jambi menjadi pioner didalam bursa karbon. Dan selamat untuk menjadi Ketua Umum APPSI.