Kegirangan tak Terkontrol Ketum PB HMI

Kamis, 31 Maret 2022 - 07:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Asrizal Nilardin*

Zabak.id – Mendengar statemen ketua Umum PB HMI pasca pertemuan dengan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu, mengingatkan kita pada pujian yang kerap dilontarkan ketua umum Parpol koalisi yang girang pasca diberi jatah kuasa. Sebagai kader biasa, dan mungkin mewakili kekecewaan ribuan kader lain, pujian yang dilontarkan Raihan Ariatama sebagai ketum PB HMI adalah pernyataan pribadinya sebagai warga negara. Kendatipun Raihan telah melacuri independensi etis dan independensi organisatoris.

Melontarkan pujian kepada penguasa adalah bagian dari hak di alam demokrasi. Demikian pula, memberikan kritikan kepada penguasa atau mungkin kepada yang memberikan pujian, juga merupakan hak asasi yang dijamin konstitusi. Hanya saja, posisi Raihan Ariatama sebagai ketum PB HMI seyogianya memberikan pujian dengan bahasa yang sedikit lebih elegan. Tidak brutal dan elementer seperti pernyataan yang ia lontarkan di depan awak media beberapa waktu lalu.

Keyakinan saya, sekelas ketum PB seharusnya lebih paham bahasa diplomatis. Sebagai pemakluman, mungkin itu keterbatasan dan kekurangannya sebagai manusia biasa. Hanya saja kekurangan ini menjadi kesalahan fatal Raihan Ariatama yang akibatnya dikecam seantero kader HMI –kecuali para barisan loyalis.

Pasca masifnya kritikan dari kader yang kecewa memagari dinding-dinding sosmed, rame-rame para loyalis dan simpatisan PB memasang badan usai statemen sang kanda viral di berbagai media sosial. Tingkah dan apologi para loyalis ini mirip-mirip dengan kontra-narasi yang lazim digunakan oleh barisan para buzzerRP. Dangkal dan nihil diskursus ilmiah.

Baca Juga :  Pengurus HMI Cabang Persiapan Tanjab Timur Resmi di Lantik

Benar adanya jika perjuangan tidak mesti menempuh jalur konfrontatif. Begitu pula tidak selalu harus turun ke jalan untuk demonstrasi. Bila itu pilihannya, lakukanlah dengan bijak tanpa membajak independensi. Tapi entah kenapa mendengar apologi itu saya terasa menggelitik. Sudahlah, lagi pula semua insan HMI paham betul, bahwa tanpa komitmen tidak dapat momentum menjadi ketum PB HMI. Itu yang kita nilai sebagai kelaziman. Namun, berpihak pada kezaliman tidak bisa terus-menerus dilazimkan.

Betapapun nama Raihan Ariatama telah dilabeli penjilat oleh sebagian besar kader HMI se-Indonesia, keberhasilannya bertemu langsung dengan Presiden Jokowi patut diapresiasi. Saya dapat merasakan energi positifnya (menuklik bahasa Raihan), jika diilustrasikan, perasaan girang Raihan bak anak cabe-cabean yang terwujud mimpinya bertemu boyband idola asal Korea Selatan.

Bahagia dan histeris, itu hal yang sangat normal dalam batas kewajaran tertentu. Jika dikelola dengan baik, ekspresi kebahagiaan itu dapat tersalurkan secara lebih bijaksana. Selama ini barangkali Raihan sekadar melihat Presiden di depan layar TV (saya juga demikian), hanya bisa menyaksikan tatkala aksi blusukan Presiden Jokowi tersohor. Rasa bangga penuh kegirangan tampak jelas terlihat dari paras Raihan ketika memberikan testimoni di hadapan awak media –yang dia sendiri sadar bahwa pernyataan itu akan disaksikan jutaan keluarga besar HMI.

Baca Juga :  Eksploitasi Anak di Bawah Cahaya Bulan Kota Jambi

Sialnya, ekspresi girang Raihan diungkapkan pada situasi ketidakpastian kebutuhan hidup rakyat. Di tengah kelangkaan dan mahalnya kebutuhan pokok, di masa genting konstitusi yang hendak dibajak, di rezim pembungkaman demokrasi, dan di era kritikan aktivis HAM yang dihadiahi kriminalisasi.

Pernyataan Raihan sebagai Ketua umum PB HMI menggambarkan wajah kusam himpunan saban hari. Kian jauh dari khitoh perjuangan, menodai visi besar himpunan sebagai wadah candradimuka lahirnya kader umat dan bangsa –sebagaimana yang telah digariskan para pemrakarsa HMI. Pernyataan elementer Raihan juga telah menghianati spirit HMI sebagai akronim dari Harapan Masyarakat Indonesia yang pernah disematkan oleh Jenderal Soedirman. Beberapa anasir itu tersimpul ke dalam pilar independensi etis dan independensi organisatoris HMI.

Baca Juga :  Ketua MD KAHMI Tanjab Timur Siap Dukung Al Haris Pimpin MW KAHMI Jambi

Independensi etis seluruh insan HMI melekat dalam tindak-tanduknya sebagai individu. Setiap kader dibebankan kewajiban untuk senantiasa menjaga dan menegakkannya. Demikian pula, independensi organisatoris mestilah berdiri kukuh di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Terus terang, sebagai kader biasa yang masih konsisten di jalan kewarasan, yang bergelut dengan dinamika komisariat, kami amat kecewa dengan pernyataan elementer Ketum PB HMI, Raihan Ariatama. Keberpihakannya adalah hak pribadi. Namun ia lupa bahwa menjadi ketum PB HMI adalah menuntun kader umat dan bangsa dengan memegang teguh prinsip independensi etis dan independensi organisatoris, demi terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.

Dengan pelbagai pertimbangan yang waras, dengan segala ketentuan normatif dalam konstitusi (AD/ART HMI), saya berpendapat bahwa pernyataan kegirangan tak terkontrol Ketum PB HMI, Raihan Ariatama memenuhi kualifikasi untuk dapat dimakzulkan/dikarteker. Walaupun secara pesimis saya juga berkeyakinan, konstitusi HMI hanyalah “dokumen sakral” yang bernilai semantik belaka, hanya bagian dari lima materi wajib sebagai materi ceramah pada momen Latihan Kader 1. Setelahnya, ia tak lagi punya nilai mengikat dan memaksa sebagai konstitusi yang bernilai normatif.

*(Kader HMI Komisariat Ahmad Dahlan)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Zabak.id.

Berita Terkait

Serial Komedi Politik: Jebakan Cekman, Legenda Politisi Warung Kopi
Menakar Program BLT Dillah-MT untuk Nelayan: Cerminan Kebijakan Usang yang Tidak Visioner
Tangan Dingin Trah Nurdin Hamzah dalam Politik Tanjab Timur: Pertarungan Pilkada 2024 yang Tak Terelakkan
PHR Ajak Rekan-rekan Media FJM Bersinergi Menuju Pilar Utama Target 1 Juta BOPD Minyak
Media Gathering FJM, Mursyid: SKK Migas Telah Banyak Berikan Sumbangsih Untuk Negara
Milenial Laris: Laza-Aris, Kandidat yang Mampu Meningkatkan Kesadaran Politik Generasi Muda
Verifikasi Syarat, KPU Jambi: Al Haris-Sani MS, Romi-Sudirman BMS
Opini Musri Nauli SH : Kisah Si Bungsu

Berita Terkait

Selasa, 10 September 2024 - 23:02 WIB

Serial Komedi Politik: Jebakan Cekman, Legenda Politisi Warung Kopi

Selasa, 10 September 2024 - 16:11 WIB

Sosok Aspan Dinilai Layak, Influencer Jambi Dukung Pasangan Aston

Selasa, 10 September 2024 - 10:44 WIB

Sewa Bus Medium Jambi: Solusi Terbaik No 1 Perjalanan Jambi

Senin, 9 September 2024 - 22:54 WIB

HUT Fakultas Ushuluddin ke 48, DWP FUSA Gelar Family Gathering

Senin, 9 September 2024 - 22:35 WIB

Menakar Program BLT Dillah-MT untuk Nelayan: Cerminan Kebijakan Usang yang Tidak Visioner

Senin, 9 September 2024 - 18:06 WIB

Al Haris Ingatkan Seluruh Tim Pemenangan untuk Berpolitik Santun dan Tidak Saling Menyerang

Senin, 9 September 2024 - 17:53 WIB

Edi Purwanto Pimpin Paripurna Pelantikan 55 Dewan Periode 2024-2029

Senin, 9 September 2024 - 11:31 WIB

Adu Program Kandidat Pilkada Tanjab Timur: BLT Nelayan vs Bantuan Pompong dan Alat Tangkap, Mana yang Lebih Tepat?

Berita Terbaru

BERITA

Sewa Bus Medium Jambi: Solusi Terbaik No 1 Perjalanan Jambi

Selasa, 10 Sep 2024 - 10:44 WIB