Zabak.id – Kasus angka Covid-19 di Kota Jambi semakin melonjak tajam. Data per 7 Februari 2022, tercatat jumlah kasus sebanyak 141 orang. Hal itu membuat masyarakat khawatir, terutama pada jalannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah.
Seperti diungkapkan oleh Orangtua Siswa, Sari, yang anaknya sekolah di SMPN 16 kota Jambi. Menurutnya, ia khawatir Covid-19 bakal mengancam siswa di sekolah.
“Dibeberapa sekolah kantin sudah boleh buka. Jadi ada rasa khawatir,” katanya.
Anggota Komisi IV DPRD Kota Jambi, Zayadi mengatakan harus ada evaluasi dari pemerintah. Sebab, saat ini angka Covid-19 telah kembali melonjak dalam waktu beberapa pekan terakhir.
“Harus ada kajian bersama, jadi kebijakan yang dikeluarkan bisa sesuai dengan kondisi,” kata Zayadi di Gedung DPRD Kota Jambi, Senin (07/02/2022).
Pada dasarnya, pihaknya sangat setuju sekolah diadakan secara tatap muka. Sebab, tingkat kesuksesan dalam mentransfer ilmu pembelajaran itu jauh lebih efektif ketimbang secara online. Akan tetapi kondisi saat ini membutuhkan perhatian, karena kasus Covid-19 kembali melonjak.
“Secara tekhnis pemkot Jambi tentu sudahbada koordinasi, kami harap bisa keluarkan kebijakan yang terbaik,” katanya.
Ia berharap, masyarakat tetap mematuhi Prokes sehingga virus ini bisa ditekan dititik terendah. Lalu, anak-anak bisa sekolah kembali.
“Tentu sekolah itu bukan hanya transfer ilmu pembelajaran, tapi juga akhlak dan membentuk karakter siswa. Kalau dilakukan secara tatap muka tentu lebih efektif,” jelasnya.
Sementara itu, Wali Kota Jambi, Syarif Fasha mengatakan bahwa saat ini kondisi Kota Jambi sedang tidak baik-baik saja. Namun, Ia meminta kepada seluruh masyarakat Jambi untuk tidak panik. “Kita harus membangun narasi-narasi positif ditengah masyarakat,” ujar Fasha saat apel pagi, Senin (07/02/2022).
Ia meminta kepada dinas kesehatan dan Puskesmas untuk mempercepat proses vaksinasi dosis pertama, kedua dan juga booster. Selain itu juga rutin mengunjungi pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri.
“Sebab aturannya memang begitu, yang dirawat hanya yang memiliki gejala. Sementara yang tanpa gejala atau gejala ringan boleh melakukan isolasi mandiri,” katanya.
Fasha mengatakan, saat ini pemerintah sudah membuka rumah isolasi terpadu. Namun belum ada pasien yang diarahkan untuk menjalani isolasi di rumah tersebut.
“Sebab kami melihat yang terkena Covid-19 ini rata-rata merupakan orang yang mampu, sehingga mereka memilih untuk menjalani isolasi secara mandiri.
Kondisi rumahnya kami lihat juga layak. Rata-rata mereka ini ada yang habis melakukan perjalanan dinas, ada juga yang dari luar daerah. Mereka ini sudah membentuk klaster keluarga,” jelasnya. (hn/adv)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.