Zabak.id – Berita tak menggembirakan, yang mana Indonesia menjadi negara terburuk di dunia dalam mengatasi Covid-19.
Hasil survei ini dirilis media ternama Amerika Bloomberg. Mereka menempatkan Norwegia dan Swiss serta Selandia Baru terbaik dalam mengatasi pandemi corona.
Menurut Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie sejumlah hal menjadi pemicu hingga Indonesia menjadi terburuk di dunia dalam mengatasi kasus Covid-19.
Pertama Pemerintah Jokowi plin-plan mengambil keputusan bahkan kebijakan tiba saat tiba akal tanpa ada kajian yang komprehensif.
Contohnya PPKM Darurat dan PPKM Level 1-4. Ini tak ada dalam UU Kesehatan Kekarantinaan No 8 Tahun 2016 yang ada hanyalah Karantina di Rumah Sakit, di Rumah, PSBB dan Lockdown. Tapi ini tanpa ada PERPPU ataupun revisi Undang-undang. Tapi menurut pemerintah ini mengacu pada Peraturan Mendagri.
Faktor lainnya kata Jerry, yang mana pandemi ini dijadikan lahan bisnis padahal vaksin di Indonesia dibantu Inggris yang akan menyalurkan 100 juta di seluruh dunia, Amerika 4 juta vaksin moderna, Jepang 2 juta dan negara lainnya.
Selanjutnya jelas peneliti Kebijakan Publik dari Amerika ini, ribuan tabung gas dipalsukan oleh mereka yang ingin mengais keuntungan dibalik penderitaan saudara-saudaranya bahkan obat ditimbun. Belum lagi tuturnya, banyak yang jadi jubir presiden dan jubir Covid-19. Berkaca dari mendiang Preaiden Soeharto jubirnya hanya Moerdiono, bukan semua bicara.
“Sebetulnya ini tugas Kementerian Kesehatan, tapi anehnya di-take over sejumlah kementerian mulai Kementerian BUMN, Kemenko Maritim dan Investasi, Kemenko Perekonomian, Kemendagri dan lainnya,” kata dia.
Belum lagi sebut Jerry, terlalu banyak istilah Covid-19 tanpa grand design yang dipakai misalkan; PPKM Darurat, PSBB Mandiri, Terbatas, New Normal, PPKM Level 1-4 sampai Isoman.
Lebih parah lagi menurut dia, Anggaran Rp1000 triliun lebih tapi hasilnya terburuk di dunia. Coba saja anggaran Rp167 triliun untuk kesehatan, ADD Rp70 triliun dan Sisa Anggaran (Silpa) tahun 2020 sebesar 234,7 triliun digunakan dengan baik maka tak akan separah ini. Menurut IDI ada 598 dokter yang meninggal, hampir 40 Jaksa meninggal, 11 Kepala Daerah, 445 perawat meninggal sampau ratusan tokoh agama.
“Indonesia memang negara agak unik yaitu hobby rapat terbatas, raker, RDP, politik pencitraan sampai settingan politik saat membantu warga. Yang lebih miris terlalu banyak rapat, bayangkan dalam sehari 3-4 kali rapat tapi hasilnya tak jelas. Waktu kita habis dalam rapat dan diskusi,” ujarnya.
Alasannya kasus Indonesia berada pada kisaran 50-ribuan. Bahkan hingga Rabu (28/7/2021), total kematian 30.168 orang.
Lanjut kata Jerry, tercatat kasus selama bulan Juli terjadi lonjakan besar dibandingkan dengan bulan Juni yang mencatatkan 7.913 kasus kematian. Dalam dua minggu belakangan ini, pasien yang meninggal terus bertambah yaitu mencapai 1.000 kasus setiap harinya bahkan lebih. Bahkan pada 27 juli 2021 kematian mencapai 2.069 kasus dalam satu hari.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Zabak.id. Mari bergabung di Channel Telegram "Zabak.id", caranya klik link https://t.me/zabak.id, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Halaman : 1 2 Selanjutnya