Penulis: Riga

Zabak.id, OPINI – Baru-baru ini saya menyempatkan buka facebook, untuk sekedar melepas penat, melihat postingan yang berseliweran di beranda akun saya. Menarik memang bermedia sosial, benar salah menyatu. Seolah-olah kebenaran hanya milik pribadi, lembaga, atau pemimpin yang sedang berkuasa.

Saya kira ini salah satu kemunduran demokrasi, di Indonesia, Jambi, dan lebih sempit lagi di UIN Jambi. Mengapa tidak? Rektor bebas mengclaim, tanpa memberi ruang kritik, informasi seimbang, atau memberikan ke publik apa yang sebenarnya terjadi.

Pandangan ini ditarik dari dua kasus. Pertama, Aksi mahasiswa yang tidak menuai hasil, jawaban, tindakan, apa lagi solusi, dianggap sebagai ketidaksukaan dengan pimpinan. Pasca aksi dugaan Pungutan Liar di UPB UIN Jambi beberapa waktu lalu, tersebar informasi Rektor memerintah Wakil Rektor III, kurang lebih begini intruksinya: “Tadi dapat informasi kalau Wakil Rektor 3 diperintahkan Rektor untuk mencari mahasiswa yang demo dan akan di berhenti kan”, tentu saja ini belum tahu kebenarannya. Dan semoga dibuka kebenarannya.

Inilah yang saya sebut demokrasi di UIN Jambi mundur, atau mungkin di masa kepemimpinan Rektor Suaidi memang tidak menjunjung nilai-nilai demokrasi.

Baca Juga :  Jejak Politik Trah Nurdin di Jambi: Berpikir Ulang Melawan Laza di Pilkada Tanjab Timur

Aksi tersebut tentu saja berdasar, salah satu pungutan liar yang diduga di UPB ialah membayar uang pengampunan sebesar 300.000, kemudian ikut kelas pengampunan dua hari, lalu sertifikat diberikan kepada mahasiswa. Beresss. Sesimpel itu ternyata untuk menjamin kemampuan berbahasa Arab dan Inggris di UIN Jambi. Dengan mengikuti kelas belajar selama dua hari, mahasiswa UIN Jambi langsung dapat sertifikat kelulusan.

Jadi rektor berbohong besar kalau UIN sedang mengikuti standar mutu lulusan di UIN. Bagaimana mungkin dalam hitungan hari orang sudah menguasai berbagai skill bahasa Arab dan Inggris.

Canggih dan dahsyat bukan.!!!

Ini kampus dunia boss, kampus bereputasi internasional, bukan kaleng-kaleng!!!

Kedua, klaim rektor yang tak berdasar. Pandangan ini berangkat dari website UIN Jambi yang memberitakan dengan judul “Pelajari Strategi UIN Jambi, UIN Malang Kunjungi UIN STS Jambi”. Kalau kita baca dengan baik tidak ada sama sekali berita tersebut menyebutkan seperti judul di atas. Bahkan pihak UIN Malang hanya mengatakan “Dalam sambutannya Ketua BLU UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang mengatakan sangat bangga dan sangat dihargai karena telah disambut dengan baik, karena adanya Rektor dan beberapa pihak akademik UIN STS Jambi”.

Baca Juga :  Bangkit untuk Tanjab Timur: Visi Laza-Aris Menyongsong Masa Depan

Wajar saja bangga dan merasa dihargai karena seorang staf atau mungkjn kepala pusat disambut oleh Rektor. Sepertinya Rektor tidak ada kerjaan dan hanya suka menyambut tamu.

Jadi dari berita yang diterbitkan UIN Jambi tidak sesuai fakta. Hanya mengemas judul sedahsyat mungkin, meskipun isinya hanya gorengan pinggir jalan yang berdebu.

Klaim yang tak berdasar. Setidaknya beberapa alasan, landasan, dan fakta yang berbeda dapat dikemukakan.

1. Akreditasi UIN Malang A (unggul), sedangkan UIN Jambi hanya B (baik sekali).

2. Akreditasi jurusan di UIN Malang bisa diakses, sedangkan akreditasi UIN Jambi, sebagian besar tidak bisa diakses. Mungkinkah ada jurusan di UIN Jambi yang tidak terakreditasi atau tidak memenuhi standar akreditasi (meskipun hanya pemberian).

3. UIN Malang setelah beralih dari Universitas Islam Internasional Sudan (UIIS) ke UIN sudah memiliki visi word class university. Jadi rektor UIN Jambi hari ini jauh ketinggalan visinya menuju internasional atau dunia dari UIN Malang.

4. Jumlah mahasiswa asing UIN Malang tidak mungkin dibandingkan dengan UIN Jambi. Karena “Sejauh ini, total mahasiswa asing UIN Maliki Malang sebanyak 519 mahasiswa. Jumlah ini nampaknya menjadi jumlah mahasiswa terbanyak di antara Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri  (PTKIN) yang ada”. Mahasiswa asing di UIN Malang berasal dari berbagai negara: Libya, Thailand, Malaysia, Sudan, Singapura, Rusia, Somalia, Kamboja, Yaman, Madagaskar, China, Arab Saudi, Afghanistan, Timor Leste, Mesir, Pakistan, Palestina, Aljazair, Bangladesh, Brunei Darussalam, Ethiopia, Filipina, Tajikistan, Vietnam, Albania, Chad, Djibouti, Gambia, India, Italia, Irak, Jerman, Kamerun, Kenya, Liberia, Malawi, Papua Nugini, Pantai Gading, Slovakia dan Suriah.

Baca Juga :  Bukan Kader Rektorat

Lalu di UIN Jambi ada berapa jumlah mahasiswa asing, dan dari negara mana saja mereka berasal?

Sepertinya Rektor bangga dengan judul berita yang dahsyat dan memuji dirinya. Meskipun ia menyebarkan hoax melalui medianya. “Kalau telah memperoleh kekuasaan, berita bohong semakin mudah tersebar”.

Jadi apakah yang harus dipelajari UIN Malang ke UIN Jambi. Mungkin hal-hal berikut:

1. Membangun lapangan sepakbola

2. Membuat kebun binatang

3. Membuat kolam ikan.

4. Membuat berita dahsyat.

Saya kira, hanya hal tersebut yang mungkin dipelajari oleh UIN Malang, dan atau perguruan tinggi yang bersedia di muka bumi ini.