Zabak.id, TANJAB TIMUR – Dalam menghadapi Pilkada Tanjab Timur 2024, dua pasangan calon, Dillah Hikmah Sari-MT dan Laza-Aris, saling berlomba menawarkan program-program unggulan untuk menarik simpati masyarakat, khususnya kalangan nelayan.

Program yang diusung kedua pasangan ini dinilai menjadi perhatian penting dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan di daerah tersebut. Namun, pengamat komunikasi politik Jambi menilai bahwa, ada perbedaan mendasar antara kedua program tersebut dalam hal pendekatan dan dampak jangka panjang.

Dillah-MT menawarkan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada para nelayan sebagai upaya memberikan bantuan finansial langsung bagi mereka yang membutuhkan. Program ini disambut baik oleh sebagian kalangan karena sifatnya yang cepat dan langsung dirasakan manfaatnya. BLT dinilai dapat menjadi solusi jangka pendek bagi nelayan yang kesulitan secara ekonomi, terutama dalam situasi ekonomi global yang tidak stabil. Namun, pengamat menilai bahwa program ini hanya bersifat sementara dan kurang mendidik dari segi pemberdayaan masyarakat untuk jangka panjang.

Baca Juga :  Mampu Kendalikan Pandemi Covid-19, Al Haris Pernah Terima Penghargaan People Of The Year

Di sisi lain, pasangan Laza-Aris memiliki program yang berfokus pada bantuan pompong (kapal kecil) beserta perlengkapan alat tangkap bagi nelayan. Program ini dinilai oleh pengamat sebagai langkah yang lebih strategis karena memberikan bekal yang lebih berkelanjutan bagi nelayan, namun membutuhkan pengawasan yang ketat dilapangan agar tidak terjadi salah sasaran.

“Bantuan alat tangkap memungkinkan nelayan untuk meningkatkan produktivitas mereka dan memperbaiki kualitas hidup dalam jangka panjang. Mereka tidak hanya menerima bantuan finansial, tetapi juga kemampuan untuk mandiri dan terus bekerja secara optimal,” ujar Dedi Saputra pengamat komunikasi politik Jambi.

Baca Juga :  SKK Migas Jabanusa Dalan 22 Tahun ini Sumbang ke Negara Berkisar 5045 Triliun

Dedi menambahkan, program yang diusung oleh Laza-Aris dianggap lebih mendidik dan memberdayakan masyarakat nelayan. Program ini dinilai tidak hanya memberikan “ikan”, tetapi juga “kail” bagi nelayan, sehingga mereka dapat mandiri secara ekonomi dan tidak terlalu bergantung pada bantuan pemerintah di masa mendatang. Bantuan pompong dan alat tangkap ini juga dipandang sebagai solusi yang lebih konkret untuk meningkatkan perekonomian lokal melalui sektor perikanan.

Meski begitu, menurut Dedi, keduanya memiliki tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya. BLT, meskipun langsung dapat dirasakan, seringkali menimbulkan ketergantungan dan tidak memberikan dampak jangka panjang. Sementara itu, bantuan pompong dan alat tangkap memerlukan pengawasan lebih lanjut agar digunakan dengan efektif dan tidak disalahgunakan oleh oknum dilapangan.

Baca Juga :  Tinjau Jalan Siau, Al Haris : Kita akan Fokus Kedepan Terus Menganggarkan Dana untuk Daerah ini

“Pada akhirnya, kedua program diatas sama-sama memberikan manfaat kepada masyarakat, namun program yang lebih mendidik dan memiliki dampak jangka panjang adalah program bantuan alat tangkap dari Laza-Aris, karena fokusnya adalah membangun kemandirian dan produktivitas nelayan. Meski demikian, implementasi yang baik akan menjadi kunci keberhasilan kedua program ini,” pungkasnya.(li)