Sering Hirup Debu Batubara, Berikut Serangan Penyakit Bahaya Menurut dr. Nova Indriyani

Kamis, 2 Februari 2023 - 19:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Zabak.id, JAMBI – Masyarakat Jambi yang berada di seputaran lokasi tambang ataupun lintasan angkutan batubara perlu tau dan waspada bahaya debu batubara.

Dalam bahasa awam, penyakit akibat paparan debu batubara disebut paru-paru hitam (black lung disease) atau coal worker’s pneumoconiosis (CWP).

CWP atau pneumokoniosis batu bara ini terjadi akibat terhirupnya debu batubara secara berlebih atau dalam jangka waktu yang lama.

Menurut dr. Nova Indriyani, Sp. P penyebab utama penyakit ini adalah menghirup debu batu bara yang mengandung karbon dan silika.

“Partikel-partikel tersebut amat berbahaya ketika terhirup karena akan mengendap di alveoli. Hal ini akan menyebabkan peradangan paru-paru kronis dan lambat laun membentuk jaringan parut” terang dokter spesialis paru itu, Kamis, (02/02/2023).

Nova menjelaskan risiko pekerja terkena pneumokoniosis tergantung dari berapa lama pekerja tersebut terpapar debu batu bara.

Baca Juga :  Edi Purwanto Ajak Masyarakat Jambi Sukseskan STQH Tingkat Nasional

“Penyakit ini terjadi bila paparan cukup lama, biasanya setelah pekerja terpapar lebih dari 10 tahun” sebut Nova.

“Karena proses sejak terpapar debu hingga muncul gejala butuh waktu bertahun-tahun, sering kali pada tahap awal penyakit ini tidak bergejala. Maka dari itu, pneumokoniosis batubara ini sering tidak terdeteksi. Kebanyakan seseorang baru terdeteksi mengidap pneumokoniosis saat berusia lebih dari 50 tahun” sambungnya.

Masyarakat ataupun pekerja tambang batubara harus waspada akan bahaya debu batubara. Diperlukan waktu bertahun-tahun atau puluhan tahun untuk penyakit ini berkembang.

“Bahkan beberapa orang tidak memiliki gejala sampai mereka pensiun. Akan tetapi, ketika gejala mulai muncul, kemungkinan besar akan memunculkan gejala seperti,Batuk. Sesak napas. Sulit bernafas. Sesak di dada. Mengeluarkan lendir hitam” kata dr. Nova Indriyani.

Nova melanjutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko pneumokoniosis batu bara, adalah usia pekerja saat paparan debu pertama kali, lama berada di tempat kerja, tipe dan ukuran debu batubara, pekerja merupakan perokok aktif.

Baca Juga :  Saniatul Klaim Dapat Restu Berpasangan Dengan Romi, Politisi Senior Golkar Angkat Bicara

“Setiap debu batubara yang masuk ke sistem pernapasan bagian dalam atau paru-paru bagian dalam tidak bisa dikeluarkan oleh sistem mekanisme tubuh secara alami, maka debu tersebut akan tinggal selama-lamanya di dalam paru-paru”. terang Nova

Pneumokoniosis pada pekerja tambang batubara tidak dapat disembuhkan (irreversible) karena kerusakan yang ditimbulkan pada paru-paru oleh debu batu bara adalah menetap. Alternatifnyaah menetap.Alternatifnya, penderita hanya dapat mengurangi atau mengontrol gejala, yaitu dengan bronkodilator dan terapi oksigen.

Bahaya pneumokoniosis batu bara yang tidak dapat dipulihkan kembali, sulitnya deteksi dini, serta tingkat pajanan debu yang sangat tinggi, mengharuskan manajemen dan pekerja untuk segera melakukan pencegahan untuk menghindari terjadinya komplikasi yang lebih parah. Berikut tindakan preventif yang dapat  lakukan, di antaranya:

Baca Juga :  Gubernur Jambi Sangat Mendukung Terkait Dana Bagi Hasil Antara Pemerintah Pusat dan Pemda

1. Mengendalikan paparan debu di lingkungan kerja, misalnya ventilasi dalam tambang harus baik atau pengambilan.

2. Penambangan batu bara dengan cara basah, yaitu dengan menyemprot jalan permukaan batu bara yang akan ditambang menggunakan air terlebih dahulu.

3. Pekerja menggunakan alat pelindung pernapasan, seperti masker dengan tepat untuk mengurangi paparan debu selama bekerja.

4. Pekerja wajib melakukan pemeriksaan kesehatan rutin berkala dengan rentang waktu 5 tahun sekali sesuai rekomendasi dari CDC’s National Institute for Occupational Safety and Health.

5. Kurangi merokok karena konsumsi rokok yang tinggi dapat memperparah kondisi paru-paru.

6. Pekerja diberikan vaksinasi terhadap pneumokokus untuk mencegah terjadinya infeksi.(*)

Sumber: Benuanews.com

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Zabak.id.

Berita Terkait

Disambut Hangat Cabup Cici Halimah Silaturahmi ke Pengajian Ibu-Ibu Al Ukhuwah
Antisipasi Karhutla, Edi Purwanto Minta Semua Pihak Sinergitas dan Komitmen
Gubernur Al Haris: Aksi Nyata PLTB Buahkan Hasil Yang Memuaskan
Wagub Sani: Terimakasih Jambi Jadi Percontohan Dalam Penanganan Karhutla
Combo Harian Hamster Kombat 25 Juli, Berikut Sandi Hariannya
Ingin Penghasilan Menambah, Begini Cara Main Hamster Kombar
Pimpin Apel Siaga Karhutla, Gubernur Al Haris Serius Atasi Karhutla
Gubernur Al Haris Tutup Turnamen Volly Ball Setinjau Mania

Berita Terkait

Sabtu, 27 Juli 2024 - 07:34 WIB

Disambut Hangat Cabup Cici Halimah Silaturahmi ke Pengajian Ibu-Ibu Al Ukhuwah

Jumat, 26 Juli 2024 - 08:37 WIB

Antisipasi Karhutla, Edi Purwanto Minta Semua Pihak Sinergitas dan Komitmen

Jumat, 26 Juli 2024 - 07:15 WIB

Gubernur Al Haris: Aksi Nyata PLTB Buahkan Hasil Yang Memuaskan

Kamis, 25 Juli 2024 - 19:31 WIB

Wagub Sani: Terimakasih Jambi Jadi Percontohan Dalam Penanganan Karhutla

Rabu, 24 Juli 2024 - 21:40 WIB

Ingin Penghasilan Menambah, Begini Cara Main Hamster Kombar

Rabu, 24 Juli 2024 - 19:25 WIB

Pimpin Apel Siaga Karhutla, Gubernur Al Haris Serius Atasi Karhutla

Selasa, 23 Juli 2024 - 19:26 WIB

Gubernur Al Haris Tutup Turnamen Volly Ball Setinjau Mania

Selasa, 23 Juli 2024 - 19:20 WIB

Gubernur Al Haris: Menanam Padi Aksi Nyata Perkuat Ketahanan Pangan

Berita Terbaru

OPINI

LARIS versus DIMINTA Pertarungan un-dikotomi 

Sabtu, 27 Jul 2024 - 00:27 WIB

ADVETORIAL

Gubernur Al Haris: Aksi Nyata PLTB Buahkan Hasil Yang Memuaskan

Jumat, 26 Jul 2024 - 07:15 WIB