Zabak.id, JAMBI – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi, menghadirkan dan akan membuka pelayanan untuk tindakan coiling, yakni teknik operasi otak bagi pasien penyakit stroke, yang tidak menggunakan teknik pembedahan, seperti selama ini dilakukan. Hal ini disampaikan RSUD Raden Mattaher Jambi melalui pers rilis yang diterima media ini, Jumat (10/2/2023).
Para dokter spesialis bedah saraf (Neurologi), pada Jumat (10/2/2023) melakukan tindakan coiling pada salah satu pasien penderita stroke yang mengalami pembengkakan pada pembuluh darah otaknya. Pembengkakan tersebut disebabkan oleh stroke yang diderita pasien.
Operasi itu dilakukan dengan Program Pengampuan Stroke Nasional, yang diprogramkan oleh Kementrian Kesehatan. Jadi hampir semua rumah sakit vertical yang telah memiliki sumber daya manusia dan prasarananya diharapkan mampu memberikan pelayanan operasi coiling untuk masyarakat sekitarnya.
Operasi yang dimulai dengan proses anestesi pada pukul 08.32 WIB tersebut dimulai dengan tindakan pada pukul 08.45 WIB dan berakhir pada pukul 09.59 WIB.
Operasi dipimpin oleh dr Bambang, dokter yang baru-baru ini juga melakukan tindakan yang sama terhadap Indra Bekti, operasi tersebut berlangsung sukses. Kondisi pasien dalam keadaan stabil dan tidak terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan pada saat operasi berlangsung.
“Alhamdulillah operasi berlangsung dengan baik. Kami minta doa semuanya, agar tidak terjadi hal hal mengkhawatirkan pada pasien pascaoperasi ini,” pinta dr Bambang.
Menurutnya, kondisi pasien bisa dipastikan aman dan melewati masa kritis dalam 24 jam. Jika dalam 24 jam tidak terjadi kondisi pendarahan, atau komplikasi lainnya, artinya pasien aman dan masuk ke dalam tahap pemulihan.
Tahap pemulihan, menurut dr Bambang, berlangsung kurang lebih selama 90 hari. Karena itu, pasien diminta tidak beraktivitas seperti biasa dalam rentang waktu tersebut. Karena akan mengakibatkan drop dan munculnya komplikasi jika pasien mengalami kelelahan.
Pada enam hingga 12 bulan ke depan, akan dilakukan evaluasi kembali terhadap kondisi pasien. Untuk melihat kondisi terakhir pasca coiling.
Sementara itu, tim dokter dari RSUD Raden Mattaher Jambi, dr Hendra Irawan menyatakan operasi ini adalah operasi pertama yang dilakukan tim dari RS PON untuk membantu RSUD Raden Mattaher melakukan tindakan coiling. Sementara itu, operasi ini adalah operasi yang keempat kalinya berlangsung di RSUD Raden Mattaher.
Namun operasi kali ini dilakukan dengan adanya bantuan program pengampuan dari Kemenkes. Pada Februari 2023 ini, menurut dr Bambang, pemerintah melalui Kemenkes telah mengeluarkan tarif baru, sehingga operasi bisa dilaksanakan dengan menggunakan BPJS, meski tidak ditanggung secara keseluruhan pembiayaannya.
Sementara di Jambi sendiri, pembiayaan ditanggung secara keseluruhan oleh BPJS dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi. Jadi tidak ada tambahan biaya yang nantinya akan dikeluarkan lagi oleh pasien.
Apa Itu Operasi Coiling?
Coiling sendiri, adalah operasi kelainan pada syaraf otak, yang dilakukan tanpa tindakan pembedahan, melainkan dengan tindakan memasukkan coil melalui akses pembuluh darah ke lokasi target, sehingga darah tidak lagi masuk ke dalam kantong aneurisma yang pecah tersebut. Dengan tindakan ini, diharapkan tidak akan kembali mengalami pecah pembuluh darah.
Operasi ini sebenarnya sudah lama dilakukan di Indonesia, namun terkendala dan belum banyak dilakukan oleh banyak penderita stroke dan RS di Indonesia, karena besarnya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan tersebut.
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Raden Mattaher Jambi, dr Anton Trihartanto mengatakan bahwa saat ini RSUD Raden Mattaher menyatakan mampu melakukan tindakan operasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat penderita stroke tersebut.
Persoalan biaya pun tidak lagi menjadi persoalan, karena Pemerintahan Provinsi Jambi telah menyanggupi untuk membantu pembiayaan operasi pasien pasien tersebut dengan kucuran dana dari Dumisake (dua miliar satu kecamatan) Pemprov Jambi.
Guna meningkatkan pelayanan, RSUD Raden Mattaher memberikan operasi coiling gratis bagi masyarakat Jambi. Selain itu, menurut Anton, BPJS juga memberikan kesepakatan untuk menutupi sebagian pembiayaan untuk operasi yang dilakukan.
“Jadi masyarakat penderita stroke yang menderita kelainan syaraf, tidak perlu takut melakukan coiling, dengan alasan pembiayaan,” ujarnya.
Cost sharing dari pembiayaan ini, menurut dr Anton, akan diatur melalui regulasi khusus. Dan regulasi dari BPJS pun telah disusun sedemikian rupa.
“Yang terpenting bukan untung rugi, namun bagaimana pelayanan terbaik bisa diberikan pada masyarakat,” ujar dr Anton.
“Yang jelas untuk masyarakat Jambi, gratis”, tambah dr Anton.
Jambi Pilot Project
Jambi, menurut dr Anton, merupakan pilot project, karena termasuk salah satu dari dua rumah sakit yang memiliki pelayanan dan mampu melakukan operasi coiling di wilayah Sumatera. Rumah sakit lainnya yang memiliki pelayanan yang sama adalah Aceh.
Pelayanan ini pun terbuka dilakukan bukan hanya bagi masyarakat di Provinsi Jambi. Menurut Anton, seluruh pasien di wilayah Sumatera bisa memanfaatkan pelayanan tersebut, tanpa harus dirujuk lagi ke ibukota atau ke rumah sakit di luar negeri, seperti yang terjadi selama ini.
Aneurisma Otak
Aneurisma otak merupakan kondisi di mana dinding pembuluh darah otak melebar atau menonjol (ballooning) akibat lemahnya dinding pembuluh darah tersebut. Jika aneurisma ini pecah dapat mengakibatkan kondisi fatal yaitu perdarahan otak (subarachnoid) dan kerusakan otak. Pecahnya aneurisma ini diperkirakan dialami oleh satu orang setiap 18 menit.
Aneurisma otak dapat terjadi pada siapa saja, dan umumnya sebelum pecah aneurisma tidak bergejala, sehingga dianjurkan untuk melakukan brain check up secara rutin. Beberapa orang terkenal pernah mengalami pecah aneurisma otak diantaranya, Sharon Stone, Emilia Clarke (Game of Throne), dr Dre, Neil Young, dan Bondan Winarno.
Dampaknya pun bisa dibilang tidak ringan. Aneurisma memang tidak selalu berujung pada kematian, namun kualitas hidup penderitanya juga menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga. Kecacatan, perawatan, tenaga, dan biaya besar menjadi faktor penting yang perlu dipahami oleh penderita aneurisma otak.
Itu sebabnya, pada tahun 2021 ini, Brain Aneurysm Awareness Month yang jatuh setiap bulan September setiap tahunnya, mengangkat tema ‘Raising Awareness, Supporting Survivors, Saving Lives’.
Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), saat ini menangani kurang lebih 100 kasus aneurisma otak setiap tahunnya. Penanganan kasus aneurisma otak ini membutuhkan kolaborasi multidisiplin melibatkan dokter bedah saraf, neurointervensionist, neurologist, intensivist, dan lain sebagainya.
Di samping itu diperlukan berbagai peralatan dan fasilitas penunjang yang memadai dan mutakhir agar dapat menangani kasus aneurisma otak dengan tingkat keberhasilan yang cukup baik.
Penanganan aneurisma dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain operasi bedah mikro (clipping aneurism) atau dengan teknik minimal invasif endovaskular (coiling aneurism). Untuk mengevaluasi secara detail kelainan pembuluh darah otak ini, seringkali membutuhkan pemeriksaan DSA (digital subtraction angiography), yang hasilnya dapat membantu menentukan jenis terapi terbaik untuk menangani kasus aneurisma ini.
Teknologi minimal invasif (endovaskular) untuk tatalaksana aneurisma ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu perkembangan terkini yaitu pemasangan Cerebral Flow Diverter untuk pengobatan aneurisma yang angka keberhasilannya sangat tinggi (hingga 95%).
Metode ini sudah mulai diterapkan di Rumah Sakit PON dalam beberapa tahun ke belakang.
Keunggulan teknologi ini adalah prosedur relatif cepat, pascatindakan tidak perlu perawatan ICU, mengurangi lamanya rawat inap, lebih nyaman untuk pasien, dan tidak ada luka sayatan. (Tim Humas)