Oleh: Dedi Saputra

Zabak.id, OPINI – Di tengah kabut pagi yang menyelimuti Tanjab Timur, seolah-olah dewa-dewa Olympus sendiri menundukkan kepala, mengamati arena pertempuran politik yang menggeliat dalam bayang-bayang sejarah panjang. Di bawah langit yang kelam, dua kekuatan besar bersiap-siap. Di satu sisi, Dillah-MT berdiri bak Medusa, sosok yang dipandang menakutkan dengan tatapan penuh ancaman dan aura yang menebar ketakutan. Namun di sisi lain, bangkitlah sosok yang tak terduga,Laza-Aris. Bagaikan Perseus, sang pahlawan yang baru saja turun dari puncak Olympus, mereka memasuki gelanggang politik dengan langkah penuh keyakinan dan keteguhan hati.

Laza-Aris bukanlah kekuatan yang lama berkecimpung di panggung politik. Mereka adalah pahlawan yang baru saja menyarungkan pedangnya dan menyiapkan perisai cerminnya, namun keberanian mereka menjulang, melampaui dinding-dinding keraguan. Seperti Perseus yang diutus untuk mengalahkan Medusa dengan bantuan para dewa, Laza-Aris dilengkapi dengan senjata ampuh yaitu dukungan rakyat, kecerdasan politik, dan visi segar yang memikat hati setiap orang yang mendambakan perubahan.

Dalam kisah ini, Dillah-MT tampak sebagai sosok yang telah lama mengakar di medan politik. Mereka, seperti Medusa, membawa pengaruh yang mengintimidasi, seolah-olah setiap langkah yang mereka ambil menghentikan lawan dalam ketakutan. Namun, tatapan mereka yang mematikan tak mampu menghentikan Laza-Aris. Sang pahlawan, meski baru turun ke medan pertempuran, membawa perisai cermin yang memantulkan serangan-serangan itu kembali pada diri sang Medusa politik. Tatapan Medusa berubah menjadi kelemahan, dan Laza-Aris terus bergerak maju dengan penuh ketenangan, membebaskan diri dari belenggu permainan lawan yang penuh jebakan.

Baca Juga :  Gubernur Al Haris Harapkan Samsat Berikan Pelayanan Terbaiknya Untuk Masyarakat Jambi

Di tangan Laza-Aris, taktik politik lawan yang licik justru menjadi bumerang. Mereka menguasai medan politik dengan cara yang berbeda. Bukan dengan ketakutan, bukan pula dengan intimidasi, tetapi dengan kecerdasan, keberanian, dan kedekatan dengan hati nurani rakyat. Setiap langkah mereka diatur dengan presisi, setiap manuver politik disusun dengan kepiawaian. Seperti Perseus yang mengetahui bahwa, kekuatan Medusa hanyalah ilusi yang bisa dipatahkan dengan cerdik, Laza-Aris membaca setiap gerak-gerik Dillah-MT dengan jernih.

Mereka paham, kekuatan sejati bukan terletak pada birokrasi atau panggung politik yang besar, melainkan pada hati rakyat yang selama ini terabaikan. Seperti Perseus yang dibimbing oleh Athena dan Hermes, Laza-Aris mendapatkan kekuatan dari rakyat yang mendambakan pembaruan. Mereka adalah sosok yang membawa cahaya harapan, yang mampu menembus kegelapan politik yang selama ini menyelimuti Tanjab Timur. Di saat yang lain sibuk menyusun intrik, Laza-Aris justru membangun koneksi yang kuat dengan rakyat, mendengar keluhan, merangkul aspirasi, dan menawarkan solusi nyata.

Baca Juga :  Ketua DPRD Tanjab Timur Hadiri Serah Terima PPM SKK Migas

Sementara Dillah-MT berdiri sebagai kekuatan lama yang bergantung pada sistem birokrasi usang, Laza-Aris muncul sebagai harapan baru yang mampu melihat celah di balik tirai ketidakadilan. Mereka tidak hanya menjanjikan perubahan, namun mereka adalah perwujudan dari perubahan itu sendiri. Setiap kata yang keluar dari mulut mereka membawa janji untuk mengakhiri stagnasi, untuk membuka lembaran baru bagi Tanjab Timur yang selama ini terpenjara dalam lingkaran kekuasaan yang kaku.

Perseus, dengan kecerdikan dan keberaniannya, akhirnya mengalahkan Medusa dengan satu tebasan yang tepat. Begitu pula Laza-Aris, dengan ketajaman visi dan strategi, perlahan tapi pasti, menaklukkan setiap tantangan yang dilemparkan oleh lawan. Bukan dengan kekuatan otot atau kekuasaan, melainkan dengan akal sehat dan tekad yang tak tergoyahkan. Dalam setiap debat, dalam setiap janji yang mereka tawarkan, Laza-Aris terus memperlihatkan bahwa merekalah pilihan yang sejati bagi Tanjab Timur, pilihan yang mampu membawa daerah ini keluar dari labirin politik lama yang penuh tipu daya.

Baca Juga :  Syahbandar Gerindra Jambi Akui Dr Novri ada Pelanggaran Berat

Ketika Medusa jatuh, Perseus mengangkat kepalanya sebagai simbol kemenangan. Begitu juga, ketika Laza-Aris berdiri di puncak kemenangan politik ini, mereka tidak hanya mengalahkan Dillah-MT, mereka mengalahkan warisan lama politik yang selama ini membelenggu Tanjab Timur. Mereka membawa kepala Medusa, lambang kekuasaan lama yang akhirnya runtuh dan menyerahkan kembali kekuasaan kepada rakyat yang selama ini menantikan keadilan.

Kemenangan ini bukanlah akhir, tetapi awal dari perjalanan panjang menuju masa depan yang lebih cerah. Laza-Aris telah menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar pahlawan yang berani turun ke gelanggang pertempuran, tetapi juga pemimpin yang layak memimpin Tanjab Timur menuju zaman keemasan. Seperti Perseus yang diakui sebagai pahlawan oleh seluruh Yunani, Laza-Aris kini diakui oleh rakyat sebagai pahlawan baru yang siap memimpin dengan kebijaksanaan dan keberanian.

Dalam epos yang saya sedang ditulis ini, satu hal menjadi jelas, dewa-dewa Olympus telah berbicara. Rakyat telah menentukan pilihan mereka. Dan di medan pertempuran politik Tanjab Timur, Laza-Aris adalah Perseus yang tak hanya berani menghadapi tantangan, tetapi juga menang dengan kemuliaan.