Bambang Pria Kusuma*

Zabak.id – Sabtu, 9 januari 2021. Kala itu hujan sedang turun di kota bogor, saya bersama keluarga sedang menghadiri acara bahagia, acara lamaran sahabat saya andi kadir (andika) dan Nurpuadah (adhel). mereka berdua adalah orang-orang yang sangat saya kenal, Andika pernah tinggal satu rumah dengan saya di kramat Lontar jakarta selama lebih 3 tahun saat berproses di PB HMI 2013-2015, sedangkan adhel adalah adik junior saya di HMI Cabang Kota Bogor, sampai lanjut menjadi fungsionaris Kohati PB HMI.

Saat acara berlangsung, tersesak nafas dan merinding badan saya membaca kabar dari WhatsApp Group (WAG) PB HMI 2013-2015, bahwa sahabat kami Mas Mul (Mulyadi P Tamsir) beserta istrinya dikabarkan berada dalam daftar manifest pesawat Sriwijaya SJ182 Jakarta-Pontianak yang dikabarkan hilang kontak diatas perairan pulau seribu. Sambil mencari infomasi lebih akurat, memori saya mulai bekerja mengingat momen-monen saya bersama mas mul, Sekretaris Jenderal (sekjend) pada periode 2013-2015.

Saya mulai kenal mas mul ketika saya diamanahi oleh Ketua Umum (ketum) M. Arief Rosyid Hasan sebagai Bendahara Umum (bendum) PB HMI periode 2013-2015, yang saat itu sekjendnya adalah saudara Mulyadi P Tamsir atau biasa kami panggil mas mul. Walaupun sebelumnya kami sama-sama menjadi fungsionaris PB HMI 2010-2013, namun intensitas pertemuan saya dengan Mas mul tidak begitu sering, terlebih intensitas diskusi kami secara personal bisa dikatakan hampir tidak pernah, itu karena saat itu saya bidang Partisipasi Pembangunan Nasional (PPN) dan mas mul sebagai Ketua Bidang Pembinaan Anggota. kemudian dalam perjalanan PB HMI dibawah kepemimpinan ketum Noer Fajrieansyah terjadi dualisme kepemimpinan. Saya dan mas mul berbeda cara pandang dalam menyikapi dualisme tersebut, walau akhirnya berakhir dengan islah dan melakukan kongres bersama.

Pelantikan Dramatik di Yogyakarta.

Pelantikan Pengurus Besar HMI (PB HMI) 2013-2015 digelar pada hari jumat 24 Mei 2013 di Graha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang saat itu dihadiri oleh Wakil presiden Jusuf Kalla. Mungkin ini salah satu acara pelantikan yang unik, karena dilaksanakan diluar ibu kota Jakarta dan di Aula Kampus, padahal biasanya pelantikan PB HMI selalu dilaksanakan di hotel-hotel mewah ibu kota Jakarta. Alasan ketum Arief saat itu sangat mendasar, ingin mensimbolisasi kembalinya ghirah HMI kepada khittahnya, kepada garis perjuangan yang murni sejak awal didirikannya HMI 5 februari 1947 di Yogyakarta. Ada pula hal yang dramatik, prosesi pelantikan saat itu tidak dihadiri oleh mas mul sebagai Sekjend, padahal mas mul sendiri sudah berada disekitar arena pelantikan. Alasannya sangat politis, karena ada beberapa nama-nama yang saat itu tidak masuk dalam jajaran presidum PB HMI. Disitulah kesan pertama saya, bahwa seorang mas Mul berani pasang badan untuk orang-orang yang sudah berjuang untuk dirinya di kongres sebelumnya.

Baca Juga :  Kenapa Zumi Laza Sulit Dikalahkan Meskipun Baru Turun Beberapa Bulan di Tanjab Timur

PB HMI 2013-2015 adalah salah satu periode yang sukses. Mengingat periode ini adalah periode penyatuan antara dua kutub besar yang sebelumnya bertikai hingga mengakibatkan terjadinya dualisme kepengurusan. beban yang dipikul oleh ketum Arief dan Sekjend Mul sangat berat, namun begitu bukan berarti tidak ada dinamika diantara keduanya.

Dalam perjalanannya, ditubuh Pb HMI terjadi beberapa dinamika yang serius, diantaranya terkait pemindahan sekretariat PB HMI dari jalan diponogoro 16.A menuju Jalan Sultan Agung yang berujung keluarnya Mosi Tidak Percaya yang dilakukan oleh sebagian Pengurus. Kondisi PB HMI saat itu seolah terbagi dalam dua faksi, faksi yang mendukung Mosi tidak percaya dipimipn oleh sekjend mas mul, dan faksi yang menolak Mosi tidak percaya dan tetap mempertahankan ketum arief rosyid sebagai ketum, saya tentu termasuk pengurus yang menolak Mosi tidak percaya tersebut dan tetap mendukung Arief rosyid sebagai ketua umum.

Berbagai upaya dilakukan oleh keluarga besar HMI untuk menyelesaikan persoalan tersebut, dan Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT PB HMI saat itu bisa terselamatkan dari perpecahan. Selamatnya perahu besar HMI tersebut dikarenakan 2 aktor utama sebagai penentu, tidak lain adalah Ketum arief yang berjiwa besar menurukan ego sebagai ketua umum, dan kedewasaan Mas Mul dalam memandang persoalan organisasi. Dalam satu kesempatan berbeda saya pernah mempertanyakan masalah tersebut kepada mas mul, alasanya adalah upaya mas mul untuk memperkokoh HMI dan sekaligus mengkanalisasi sekaligus menfilter emosi sabagian pengurus, jika tidak mas mul yang memimpin gerakan tersebut, khawatir akan semakin tidak terkontrol. Bagi saya, alasan itu merupakan alasan yang bisa diterima, karena faktanya berakhir dengan happy ending dan semakin mensolidkan pengurus. Inilah cermin kematangan proses yang ditunjukan oleh mas mul.

Baca Juga :  Ketum PMII Komisariat UIN Sultan Thaha Jambi "Lebih Baik Mundur"

Sosok mas mul pada periode 2013-2015 memang sosok yang paling dewasa diantara pengurus lainnya. Maka jangan heran, mas mul adalah sekjend sekaligus kaka bagi pengurus periode itu. selain karena usia mas mul terpaut 4-5 tahun dengan rata-rata jajaran pengurus presidium, juga karena mas mul memang profile yang lengkap secara proses kekaderan di HMI. Semua proses dia lalui dengan komprehensif, mulai jenjang perkaderan formal maupun non formal, dari mulai pengurus komisariat, ketum cabang, badko hingga puncak PB HMI dia lewati dengan penuh semangat. Mas Mulyadi adalah salah satu kader paripurna yang berhasil menyelaraskan sosok kader struktural sekaligus kader kultural HMI.

Kongres HMI XXIX di Pekanbaru.

Pekanbaru, November 2015 adalah waktu terkahir saya dan kawan-kawan Pengurus Besar HMI 2013-2015 menyampaikan Laporan pertanggungjawaban (LPJ) akhir dan menandakan berakhirnya kepemimpinan saudara Arief Rosyid sebagai ketua umum PB HMI. Itupun menjadi tanda bahwa ketum arief dan semua jajaran pengurus berhasil menjadi nahkoda kapal besar HMI dalam satu gelombang generasi HMI yang kelak siap menyongsong kehidupan dengan membuat karya-karya bermanfaat ditengah masyarakat.

Dalam momen kongres atau saya menyebutnya lebaranya kader-kader HMI, saya dan mas Mul adalah salah dua diantara 23 kandidat ketua umum PB HMI periode 2015-2017. Mas Mul adalah salah satu sosok kandidat yang diunggulkan, karena selain mas mul sebagai posisi sekjend, juga kongres tersebut adalah kongres kedua yang dia lalui setalah kongres terpanjang dalam sejarah HMI (kongres Jakarta 2013), artinya mas mul sudah memiliki bekal pengalaman dan juga bekal cabang pendukung yang dia jaga “gerbongnya” selama periode sebelumnya.

Bukan kongres HMI, jika konsolidasi antar kandidat tidak dilakukan setiap saat, setiap waktu, tidak ingat siag atau malam, bahkan mungkin 24 jam sehari terasa kurang untuk melakukan pertemuan gagasan sekaligus pertemuan arus dukungan.

Satu waktu, saya dan mas mul melakukan pertemuan yang kesekian kalinya. kali ini hanya berdua, bertempat di Masjid Agung Pekanbaru. kita sama-sama shalat lalu dilanjutkan diskusi perkembangan kongres dan penyatuan gagasan. disitu saya melihat sekali lagi kematangan, kedewasaan dan kelihaian lobi mas mul, dia bercerita tentang mimpi-mimpinya, lalu bercerita seolah mengajak saya hanyut menuju masa lalunya yang dimulai dari cabang yang dianggap banyak orang sebagai cabang kecil dan kampus swasta, dia bilang, mungkin ini saatnya cabang kecil dan kampus swasta yang memimpin HMI. Kami larut dalam perbincangan panjang, dari mulai masa depan HMI sampai hal-hal personal. Pertanyaan terkahir dan terpenting yang mas mul ajukan kepada saya, sambil mengulurkan tangannya “Dum, siap berkoalisi dengan saya?” saya menarik nafas panjang, lalu saya menjabat tangannya sambil mengucap “bismillah”.

Baca Juga :  Amanah

Pagi, hari ke 13 kongres. Saya dan mas mul satu mobil menuju GOR Pekanbaru, arena kongres. Didalam perjalanan tersebut, saya merasa tegang karna itulah hari pemungutan suara akan digelar memperebutkan sekitar 400 suara dari 186 cabang saat itu. Dengan ciri khas mas mul, memegang sambil sedikit memijat pundak saya, dia bilang, “tenang dum, insya Allah kita akan menang, yang penting kita dan semua teman koalisi memegang komitmen yang sudah dibangun”. Dan memang benar saja, saat itulah mas mul terpilih menjadi Formature (ketua Umum) dengan komposisi formature I dan formature II diisi oleh saya sendiri dan saudara dokter Fikri Suadu.

Setelah itu, intensitas pertemuan saya dengan mas mul mulai berkurang, sesekali telpon atau datang ke bogor bicara kelakuan pengurusnya yang “bandel-bandel” atau kami dipertemukan lewat acara Majelis Nasional KAHMI dan acara reuni angakatan yang sengaja digelar oleh ketum arief. Ada hal lain yang saya salut, ketika purna di PB HMI mas mul meneruskan mimpi-mimpinya dengan jalan menjadi tokoh muda yang masuk jajaran elite partai politik tingkat nasional, mas mul tetap jadi ketum dan kaka bagi para pengurusnya, merelakan rumah kediamanya untuk diisi oleh para pengurusnya yang masih berjuang di Jakarta. Begitulah mas mul, pembawaan tenang dengan senyum khasnya, walaupun ketika hal-hal prinsip mas mul selalu lugas dan tegas.

Diakhir tulisan ini, saya berharap nama Mulyadi P Tamsir terpatri di aula Sekretariat PB HMI. biarlah itu menjadi kenangan manis dari salah satu legacy yang mas mul berikan untuk HMI sebagai lokomotif kader umat dan bangsa.

Selamat jalan mas mul, kau pergi begitu cepat dan tanpa isyarat. Terbanglah dengan tenang, semoga Allah SWT menempatkan mu di taman Surga Firdaus. Aamiin Yaa Rabb.

*(Bendahara Umum PB HMI 2013-2015)