Zabak.id, FIKSI – Cekman duduk santai di rumah makan di ujung desa. Hari itu sedang ada pertemuan tak resmi antara dua kubu calon bupati yang saling mengklaim punya visi terbaik untuk desa mereka. Masing-masing calon bupati diwakili oleh pendukung fanatiknya yang saling bersahut-sahutan, layaknya debat politik di televisi. Di tengah perdebatan panas, pelayan rumah makan membawa sepiring sambal terasi ke meja Cekman. Ia segera mencolek sambal itu ke sepotong kerupuk, lalu dengan santai menyimak perdebatan yang mulai berbau provokasi.

Pendukung calon A berteriak, “Program calon kami itu jelas! Kami akan membangun kanal panjang untuk semua sawah dan kebun kebun. Tanaman padi kalian akan panen melimpah, rakyat sejahtera!”

Baca Juga :  Ada Lomba Panco di Jambi, Buruan Daftar

Pendukung calon B tak mau kalah, “Kanal? Hmmm..Calon kami punya rencana besar untuk membuka lapangan kerja dengan industri pengolahan! Tidak cuma itu, calon kami juga akan membagikan eksavator tiap kecamatan, memberikan kapal kepada Nelayan!”

Cekman menyantap sambalnya perlahan, lalu berkata, “Saya rasa semuanya bagus. Tapi saya cuma mau nanya satu hal saja. Siapa yang bisa buat sambal seenak ini?” Semua orang bingung. “Apa maksudnya, Pak Cekman?” tanya salah satu dari mereka. Cekman tersenyum kecil. “Politik itu seperti sambal terasi. Semua orang bisa punya bahan yang sama—cabai, bawang, terasi. Tapi yang bikin enak itu siapa yang mengolahnya, siapa yang tau takarannya. Kalau kebanyakan terasi, tidak enak. Kebanyakan cabai, malah bikin sakit perut. Begitu juga dengan janji-janji politik. Semua bisa bilang bangun kanal, bantu petani, buat kapal nelayan, tapi siapa yang tahu cara buatnya seimbang? Siapa yang tahu cara mengolah biar tidak cuma panas di depan tapi bermanfaat buat rakyat di belakang?” Pendukung dari kedua calon terdiam. Sindiran Cekman lagi-lagi berhasil. Cekman menambahkan, “Kadang, yang bikin beda itu tidak sekedar rencana besar, tapi siapa yang paham bagaimana meeracik semuanya dengan baik. Siapa yang benar-benar mengerti keseimbangan.”

Baca Juga :  Beredar Rekaman PJ Bupati Tebo Dengan Kasi di Dinas Pertanian Merangin, Persoalan Asmara?

Perdebatan pun terhenti, warga mulai merenung tentang janji-janji politik yang terlalu berlebihan dan siapa sebenarnya yang bisa menjalankan semuanya dengan bijak. Setelah merasa makanan di puring habis, Cekman pun meninggalkan warung nasi untuk melanjutkan pengembaraan politik nya.