Oleh: Iqbal Linus*

OPINI – Melihat kondisi yang tidak bisa kita tutupkan seperti kemacetan akibat truk batubara, membuat kita bertanya tanya apa kenapa dan bagaimana hal ini bisa terjadi.

Terdapat ribuan mobil angkutan batubara yang ber orperasi di provinsi jambi yang mengakibatkan kemacetan yang tidak bisa di bendung lintas kabupaten/kota.

Ada beberapa macam solusi, seperti mengoptimalkan jalur sungai untuk pengiriman batubara dari tambang ke pelabuhan. Selain mempercepat pengiriman, jalur sungai menggunakan tonkang memotong ongkos pengiriman batubara tersebut, akan tetapi mengapa pengusaha jarang menggunakan jalur sungai.

Baca Juga :  Penangkapan Bandar Narkoba dan Kontroversi Calon Gubernur Mantan Pecandu

Pengusaha batubara asli orang jambi hanya sedikit yang berbisnis sampai di ulu nya, yang artinya mereka hanya sebatas menjual batubara mereka di tambang tidak sampai di pelabuhan atau pun di kapal besar.

Jalur sungai di nilai sangat mumpuni di tengah musim hujan seperti ini, dimana debit air sungai naik dan tonase tongkang bisa muat lebih banyak. Akan tetapi di lapangan tidak seperti apa yang kita harapkan dikarenakan para pengusaha yang membeli batubara di tambang tersebut telah membeli beberapa armada darat untuk angkutan batubara, ini menjadikan pengusaha tersebut harus memakai armada darat mereka dari pada menggunakan tongkang.

Baca Juga :  Moralitas vs Ambisi: Pencalonan Mantan Pecandu di Tengah Perang Anti Narkoba

Pemerintah serta forkopimda harus tegas bahwa tambang yang langsung memiliki akses dengan sungai di wajibkan untuk membangun sarana tersebut dan Melakukan pengiriman melalui jalur sungai dan di himbau tidak menggunakan jalur darat.

*Ketua DPD KNPI Provinsi Jambi