Zabak.id, YOGYAKARTA – Kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berkomitmen menciptakan lingkungan yang inklusif bagi mahasiswanya, termasuk penyandang disabilitas. UAD pun memiliki Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLDa) yang fokus memberikan pendampingan dan pelayanan bagi mahasiswa disabilitas.
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP UAD, Dimas Ananda Pangestu, menceritakan pengalamannya selama menempuh kuliah sebagai penyandang disabilitas. Dimas mengaku mendapatkan layanan mobilitas selama kuliah berupa kursi roda dan lift.
“Kesan pertama saya saat masuk UAD adalah rasa senang. Kampus ini menyediakan mobilitas seperti kursi roda dan lift. Itu sangat membantu,” ujar Dimas dikutip dari detikJogja, Rabu (21/5/2025).
Mahasiswa yang aktif di BEM FKIP UAD, UKM Pramuka, hingga mengikuti lomba foto dan esai tingkat mahasiswa ini menyebut kampusnya juga menumbuhkan suasana penuh empati. Hal itu tercermin dari dosen, teman sekelas Dimas, hingga tenaga kependidikan yang saling mendukung dan tidak memandang adanya perbedaan, tetapi justru sangat support.
Di sisi lain, komitmen UAD sebagai kampus inklusif itu juga dicerminkan lewat pengajian inklusif yang rutin bekerja sama dengan Muhammadiyah Difabel Center Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY dan Himpunan Disabilitas Muhammadiyah (HidiMu). Tak hanya itu, fasilitas bagi mahasiswa disabilitas juga bisa diakses di berbagai titik kampus yang ramah bagi aksesibilitas disabilitas.

Sejumlah gedung utama pun dilengkapi jalur kursi roda yang menghubungkan area parkir dengan ruang kelas dan kantor pelayanan. Lalu di Islamic Center UAD, tempat ibadah dapat diakses melalui jalur landai berkelok untuk menggantikan tangga.
Kemudahan aksesibilitas bagi mahasiswa penyandang disabilitas ini diharapkan bisa membantu agar dapat beribadah dengan nyaman. Tak hanya itu, kampus UAD juga menyediakan toilet khusus disabilitas yang menyediakan pegangan pendukung, lift di gedung bertingkat, dan jalur landai di sekitar ruang publik.
UAD juga menyediakan kursi roda yang dapat dipinjam sewaktu-waktu seperti yang dilakukan Dimas saat kursi rodanya rusak. Pihak kampus pun dinilai sigap memberikan bantuan.
“UAD juga memberikan berbagai pelatihan soft skills, dan itu sangat berarti. Selain itu, dosen dan tenaga kependidikan sangat ramah. Saya tidak merasa berbeda, saya merasa didukung,” tutur Dimas.
Sebagai mahasiswa disabilitas, Dimas merasa UAD tidak membatasi ruang geraknya. Bahkan dia merasa merdeka dalam berekspresi dan mengembangkan diri.
“Jangan takut kuliah. Di UAD, kita bisa berkembang. Ada berbagai fasilitas pendukung seperti lift dan kursi roda, dan yang paling penting, semua orang saling support,” tegasnya.
Cerita Dimas hanya satu dari sekian banyak kisah yang merepresentasikan cara UAD menyediakan ruang inklusif, layak, dan penuh makna. Pendidikan tinggi sudah seharusnya menjangkau semua orang tanpa terkecuali.(*)
Sumber: Detikjogja