Oleh: Dedi Saputra
Zabak.id, OPINI – Di bawah langit pesisir yang tenang, Tanjung Jabung Timur kini berdiri di usia ke-25 tahun, mengarungi samudra waktu dengan segala suka dan duka. Dalam seperempat abad ini, kabupaten yang berdiri gagah di tepian Selat Malaka, sebuah buffer zone penting bagi pedagang Nusantara di masa lalu, menyaksikan pertukaran emas dan lada yang pernah menggairahkan peradaban bangsa. Tanah yang dulu diselipi perahu-perahu dagang, kini berlayar menuju masa depan yang menjanjikan di bawah panji “Samudra Bangkit”. Laza-Aris, duet pemimpin muda nan cerdas dan santun, datang membawa tongkat estafet kepemimpinan, menyambung warisan masa lalu dengan visi besar menuju kejayaan maritim.
Sebagaimana pepatah Melayu yang mengajarkan, “Ikutlah ilmu padi, makin berisi makin menunduk”, Laza-Aris hadir dengan kerendahan hati dan visi yang menjulang. Mereka mewarisi kebijaksanaan dari sang legenda, almarhum Zulkifli Nurdin, putra daerah yang namanya tertoreh di setiap jejak pembangunan Tanjung Jabung Timur. Selama menjabat sebagai Gubernur Jambi dua periode, beliau tidak hanya menjadi pelindung bagi kemajuan daerah ini, tetapi juga memberi perhatian besar pada infrastruktur, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat. Tanjung Jabung Timur adalah bagian tak terpisahkan dari jiwa dan raga Zulkifli Nurdin.
Dan bak “tunas-tunas muda yang tumbuh di atas tanah subur”, kepemimpinan muda yang diteruskan oleh Zumi Zola saat menjabat sebagai Bupati telah meninggalkan jejak inovasi yang tak terbantahkan. Berbagai program yang ia jalankan menjadi fondasi kokoh bagi kabupaten ini untuk mengarungi samudra masa depan. Namun kini, saatnya bagi Laza, sang penerus dari jiwa kepemimpinan sang ayah yaitu Zulkifli Nurdin, untuk memegang tongkat estafet itu, melanjutkan kejayaan yang telah ditanamkan oleh para pendahulu.
Visi “Samudra Bangkit” yang dibawa oleh Laza-Aris menjadi peta jalan bagi Tanjung Jabung Timur menuju tahun 2025 hingga 2045, menuju sebuah daerah maritim yang kuat, makmur, dan berdaya saing global. “Laut milik bersama, milik bersama berarti tidak milik siapapun”, begitu kata pepatah. Dan Tanjung Jabung Timur, dengan segala potensinya sebagai daerah pesisir, menjadi saksi nyata bagaimana laut bukan sekadar wilayah geografis, melainkan sumber kehidupan dan kekayaan yang perlu dijaga dan dimanfaatkan untuk kemakmuran bersama.
Laza-Aris, dengan segala kecerdasan dan kesantunan mereka, menyambut tantangan ini dengan wibawa dan visi besar. Mereka tahu bahwa Tanjung Jabung Timur bukan sekadar kabupaten pesisir biasa. Ini adalah tanah yang diwarisi dari sejarah gemilang Nusantara, tanah yang pernah menjadi saksi bisu pertukaran emas dan lada di Selat Malaka, salah satu jalur perdagangan terbesar dunia. Kini, di tangan mereka, sejarah itu akan berulang dalam bentuk baru, bukan lagi pertukaran komoditas fisik, tetapi transformasi maritim yang membawa kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya.
Dengan visi “Samudra Bangkit”, Laza-Aris akan mengembalikan kejayaan laut sebagai sumber kekuatan ekonomi, membangun pelabuhan-pelabuhan strategis, memajukan sektor perikanan, pariwisata bahari, dan energi terbarukan dari samudra. Visi ini sejalan dengan rencana besar Tanjung Jabung Timur, yang pada tahun 2045 nanti akan menjadi salah satu daerah maritim unggulan di Indonesia. “Bagaikan lautan luas yang menghidupi bumi”, Laza-Aris hadir membawa harapan baru bagi masyarakat Tanjung Jabung Timur.
Dalam setiap langkah yang mereka tapaki, ada semangat kebangkitan yang tak tergoyahkan. “Gelombang takkan surut karena karang, angin takkan berhenti karena badai,” demikianlah keyakinan yang terpatri dalam kepemimpinan mereka. Dengan segala tantangan yang ada, Laza-Aris siap untuk memimpin Tanjung Jabung Timur meniti samudra yang luas, menuju masa depan yang cerah, membawa seluruh masyarakatnya berlayar menuju harapan dan kesejahteraan bersama.