Oleh: Dedi Saputra,S.Sos.,M.I.Kom

Zabak.id, OPINI – Dalam kancah politik Jambi, keluarga Nurdin tidak asing di telinga masyarakat. Zulkifli Nurdin, sosok yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jambi selama dua periode, telah meninggalkan warisan politik yang kuat di provinsi ini. Keberhasilan Zumi Zola, putra sulungnya, dalam memenangkan Pilkada melawan Hasan Basri Agus (HBA), gubernur incumbent yang dikenal baik dalam kepemimpinannya, menjadi bukti konkret bahwa trah Nurdin memiliki kekuatan politik yang sangat solid. Kemenangan Zola kala itu tidak hanya menggambarkan kekuatan jaringan politik, tetapi juga memperlihatkan bagaimana dinasti politik ini mampu menggerakkan elemen-elemen strategis lainnya, termasuk kekuatan finansial dan dukungan moral dari para elit.

Hasan Basri Agus(HBA) dikenal sebagai gubernur yang membawa banyak perbaikan di Jambi. Ia memiliki rekam jejak yang positif, bahkan dipandang sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat dan birokrat ulung. Namun, Zumi Zola berhasil mematahkan dominasi HBA melalui strategi kampanye yang cerdas, mengandalkan karisma mudanya, serta jejaring politik dan finansial yang dibangun oleh sang ayah, Zulkifli Nurdin. Meski Zola terbilang baru dalam dunia politik kala itu, ia mampu mengalahkan HBA dengan selisih suara signifikan, mencerminkan betapa kuatnya trah Nurdin di kancah perpolitikan Jambi.

Baca Juga :  PJ Bupati Muaro Jambi Tinjau Jalan Rusak di Maro Sebo

Kini, jejak kekuatan politik keluarga ini kembali terlihat di Pilkada Kabupaten Tanjab Timur. Laza, putra Zulkifli Nurdin dan adik Zumi Zola, kembali mencoba melanjutkan warisan politik keluarganya. Laza bukan hanya sekadar nama dalam bursa calon, tetapi ia membawa beban sejarah dan jaringan kekuasaan yang telah terbangun selama puluhan tahun. Dengan kekuatan finansial yang kuat, dukungan dari jejaring keluarga yang berpengalaman dalam birokrasi dan pemerintahan, serta simpati dari masyarakat yang masih mengenang masa kepemimpinan Zulkifli dan Zola, Laza menjadi lawan tangguh yang sulit diabaikan.

Trah Nurdin tidak hanya menawarkan warisan politik, tetapi juga kekuatan finansial yang menjadi mesin penting dalam dinamika Pilkada. Dukungan finansial ini memungkinkan trah Nurdin menggerakkan kampanye yang masif, dari penggalangan suara hingga program-program populis yang menggugah simpati rakyat. Kekuatan ini jelas terlihat dalam keberhasilan kampanye Zumi Zola, di mana akses finansial mampu membangun jaringan politik yang luas dan menggerakkan banyak elemen, dari media hingga komunitas masyarakat.

Baca Juga :  H Bakri Beri PR ke Fadli Sudria Terkait Bandara Depati Parbo Kerinci

Melawan Laza di Pilkada Tanjab Timur bukan hanya sekadar melawan sosok individu, tetapi melawan warisan politik dan kekuatan trah Nurdin yang memiliki akar kuat di Jambi. Pengalaman politik yang telah teruji, jaringan yang terus terpelihara, dan kekuatan finansial yang stabil, menjadikan Laza sebagai figur yang tidak bisa diremehkan. Pilkada Tanjab Timur kali ini akan menjadi medan tempur yang berat bagi siapa pun yang berani menantang trah Nurdin.

Dalam konteks ini, para calon lain harus berpikir ulang, jangan sampai sumber daya yang terbatas berakhir sia-sia sebelum melawan Laza. Sejarah telah membuktikan bahwa, trah Nurdin bukanlah lawan yang mudah ditaklukkan. Trah ini telah mengukir jejak panjang dalam sejarah politik Jambi, tidak hanya mengandalkan popularitas, tetapi juga kemampuan menggerakkan sumber daya yang dimiliki untuk memenangkan pertempuran politik. Dalam Pilkada Tanjab Timur, Laza membawa seluruh kekuatan trah Nurdin, sejarah, pengalaman, jaringan, dan kekuatan finansial yang siap berjuang kembali merebut hati rakyat dan kursi kepemimpinan.

Baca Juga :  AWaSI Jambi Adakan Dialog dan Pelatihan Jurnalistik, Erfan : Konsolidasi Insan Media

Untuk melawan Laza, diperlukan lebih dari sekadar program populis atau karisma individu. Lawannya harus siap menghadapi kekuatan yang terorganisir, solid, dan didukung oleh pengalaman politik yang mumpuni. Sejarah telah membuktikan betapa sulitnya menandingi kekuatan trah Nurdin, dan Pilkada Tanjab Timur tahun ini tidak akan berbeda.

Siapa pun yang melawan Laza harus berhitung matang, karena mereka bukan hanya berhadapan dengan seorang kandidat, tetapi dengan sebuah trah politik yang telah lama mengakar di Jambi. Jejak politik ini bukan hanya bahan pertimbangan untuk kandidat namun bahan pertimbangan juga bagi tim lawan Laza agar tenaga dan pikiran tidak terbuang sia-sia, membaca rekam jejak politik dan dinamik politik sangatlah penting dalam menentukan sebuah dukungan apalagi sampai harus habis-habisan, ini bukan hanya pertarungan egoisme, tapi ini adalah pertarungan rasionalitas yang harus dihitung dengan kalkulasi matang.