Oleh : Dedi Saputra,S.Sos.,M.I.Kom

Zabak.id, OPINI – Banyak pemilih yang mencoba menganalisa dengan pandangan pribadi maupun diskusi kelompok di warung kopi atau di whatsapp Group, mengapa pasangan Laza-Aris begitu kuat dalam Pilkada 2024 ini. Dalam menganalisis kekuatan Laza-Aris, saya mencoba memberikan analisis secara ilmiah dengan menggunakan teori Pierre Bourdieu, setidaknya kita dapat melihat posisi pasangan Laza-Aris melalui tiga konsep utama Bourdieu: habitus, capital, dan field. Ketiga konsep ini dapat digunakan untuk memahami mengapa Laza-Aris memiliki kekuatan yang mungkin tidak dimiliki oleh kandidat lain.

1. Habitus: Warisan Politik Keluarga

Dalam teori Pierre Bourdieu menjelaskan habitus sebagai pola perilaku, nilai-nilai, dan pandangan hidup yang dibentuk oleh pengalaman dan latar belakang individu. Dalam konteks ini, habitus Laza yang merupakan anak dari Zulkifli Nurdin, Gubernur Jambi dua periode, membentuk karakter dan citra politiknya di mata masyarakat. Sebagai bagian dari habitus keluarga besar Nurdin Hamzah, Laza membawa warisan politik yang mengakar kuat di Tanjab Timur. Ini memberikan Laza soft power yang membuatnya lebih mudah diterima oleh jaringan dan lapisan masyarakat yang luas, terutama di kalangan yang masih memiliki hubungan historis dengan kepemimpinan keluarganya.

Baca Juga :  KPK Gelar Sosialisasi Tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkup Pemda Tanjab Timur

2. Capital: Modal Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Menurut Bourdieu, kekuatan aktor sosial terletak pada capital yang dimiliki, baik itu modal sosial, ekonomi, maupun budaya. Laza-Aris memiliki keunggulan dalam hal modal sosial dan budaya yang dapat memperkuat posisi mereka di Pilkada.

Pertama, Modal Sosial, Laza dan Aris memiliki jaringan politik yang sangat luas, didukung oleh keluarga besar Nurdin dan Zumi Zola, mantan Gubernur Jambi yang masih memiliki pengaruh besar di tengah masyarakat. Dukungan ini memberikan akses kepada jaringan kekuatan politik yang sulit disaingi oleh kandidat lain. Selain itu, Aris juga membawa modal sosial dari kelompok-kelompok masyarakat tertentu, memperkuat basis dukungan mereka.

Kedua, Modal Ekonomi, Kekayaan keluarga besar Laza yang terbilang sangat kuat memberikan dukungan finansial yang cukup untuk menjalankan kampanye besar-besaran. Dengan modal ekonomi ini, Laza-Aris mampu menggerakkan mesin politiknya dengan efektif, mendanai program-program kampanye dan memperkuat daya tarik mereka di mata masyarakat.

Ketiga, Modal Budaya, Keberadaan Laza dalam trah keluarga Nurdin dan posisinya sebagai tokoh yang memahami adat dan budaya lokal memberikan modal budaya yang kuat. Masyarakat Jambi sering kali menghargai figur-figur yang berakar pada tradisi lokal. Ini adalah modal budaya yang tidak dimiliki oleh kandidat lain yang tidak berasal dari keluarga politik atau kurang memiliki kedekatan dengan masyarakat adat.

Baca Juga :  Ketua DPRD Kota Jambi Hadiri Musda REI X

3. Field: Lapangan Pertarungan Politik

Dalam pandangan Bourdieu, field adalah arena di mana aktor-aktor sosial bersaing memperebutkan kekuasaan. Dalam konteks Pilkada Kabupaten Tanjab Timur, field politik lokal ini diisi oleh banyak pemain yang berlomba memperebutkan posisi kekuasaan. Namun, Laza-Aris memiliki posisi yang lebih kuat di lapangan ini karena mereka memahami “aturan main” politik lokal di Tanjab Timur, berkat pengalaman politik keluarga besar Nurdin yang mendominasi peta kekuasaan di Tanjab Timur selama bertahun-tahun dan terbukti.

Kandidat lain mungkin memiliki modal politik atau jaringan, tetapi tidak memiliki pengalaman generasi yang begitu kuat dalam di dunia politik Jambi khususnya di Tanjab Timur. Penguasaan lapangan (field) oleh Laza-Aris diperkuat oleh dukungan birokrasi yang berafiliasi dengan trah Nurdin, serta pengaruh yang mereka warisi. Inilah yang membuat mereka lebih unggul dari kandidat lain, yang mungkin hanya memiliki dukungan dari mesin partai atau basis suara yang sempit.

Baca Juga :  Zakat Profesi Tanjab Barat Tidak Proporsional dan Dipaksakan

Faktor Kuat yang Membuat Laza-Aris Menonjol

Dengan modal sosial, ekonomi, dan budaya yang kuat, serta pengalaman panjang di arena politik Jambi, Laza-Aris berada dalam posisi yang menguntungkan. Kandidat lain mungkin mengandalkan popularitas sesaat atau program populis, namun Laza-Aris memiliki kekuatan struktural yang telah lama dibangun dan diwariskan. Inilah yang menjadikan mereka kandidat kuat dalam Pilkada Tanjab Timur.

Melalui lensa Bourdieu ini, saya mencatat, keunggulan Laza-Aris bukan hanya datang dari strategi kampanye atau program yang mereka tawarkan, tetapi dari posisi struktural mereka dalam tatanan sosial-politik Tanjab Timur. Inilah yang menjadi fondasi kekuatan mereka, dan faktor yang sulit disaingi oleh kandidat lain. Ini sebagai bahan pertimbangan bagi anda yang masih ragu-ragu dalam menentukan pilihan dan bagi anda yang ingin memilih kandidat yang paling berpotensi untuk meraih kemenangan, analisis ini bisa membantu anda untuk menentukan pilihan dari sekarang.