Zabak.id, JAMBI – Kisah ini tentang seorang anak usia sekolah dasar, memiliki jiwa dan visi yang besar. Bocah ini sangat lincah, suka main bola kaki, bernyanyi dangdut, tapi rajin mengaji dan mencintai keluarga serta adik adiknya.

Meski tergolong anak lincah, bocah satu ini termasuk sosok yang perasa. Bahkan mendekati perajuk.

Jika ditegur dikit, atau bahkan dimarahi Emak-nya, ia akan langsung lari dari rumah. Biasanya, kalau merajuk, anak ini sukanya menyendiri di tepi sungai. Di situ tempat persembunyiannya yang aman.

Satu hari, ia merajuk saat dimarahi Emaknya. Seperti biasa, ia menyendiri di tepi sungai tak jauh dari rumahnya di Desa Sekancing Kabupaten Merangin.

Sialnya, bocah ini ketiduran. Waktu itu hampir Magrib. Emaknya yang khawatir mulai mencari dia. Tetapi bocah itu tak ditemukan di tempat persembunyiannya.

Karena panik, Emaknya meminta tolong warga desa untuk membantu mencarikan di mana posisi bocah itu, karena hari mulai larut malam.

Jadilah, hampir seluruh warga desa mencari bocah lincah tapi ramah itu.

Baca Juga :  Wagub Sani Ajak Masyarakat Makmurkan Masjid

Tau tau, ia ditemukan beberapa meter di tepi sungai tak begitu jauh dari tempat persembunyiannya. Saat ditemukan warga, warga sempat panik melihat tubuhnya yang tak bergerak.

Setelah digoyang goyang tubuhnya, eh, ternyata ia ketiduran. Warga langsung heboh melihat bocah yang hanyut tapi masih tetap tertidur ini.

Ternyata, bocah ini ketika tidur di tepi sungai, tak sadar bahwa air sungai naik dan membawanya hanyut beberapa meter dari tempat semula.

Kalau tak dibantu Allah, sudah tentu nyawa bocah satu ini tak selamat. Karena sempat hanyut dibawa arus sungai. Emaknya mengucap syukur atas bantuan Allah menyelamatkan anaknya yang hanyut dibawa sungai itu.

Sejak kejadian itu, ia trauma bersembunyi di tepi sungai. Bocah ini memang agak keras kepala. Tetap saja ia tak terima dimarahi Emaknya jika berbuat kesalahan.

Buktinya, ketika Emaknya memarahinya lagi, dia merajuk lagi. Kali ini tidak lari dari rumah. Tetaplah di rumah, tapi dia akan diam seribu bahasa. Bahkan makan pun tak mau kalau tak dibujuk Emaknya.

Baca Juga :  Wabup Tanjab Barat Sambut Kunjungan Audiensi Rektor Universitas Adiwangsa Jambi

Hari hari bocah ini diisi dengan riang gembira seperti anak anak lain. Meski anak yatim, namun dia tetap semangat sekolah, semangat main bola kaki walau berkali kali cidera akibat main bola, dan semangat pula membantu Emaknya untuk mengurusi adik adiknya yang masih kecil.

Selain bola kaki, bocah ini juga suka bernyanyi dangdut. Suaranya bagus. Dia mengidolakan artis dangdut tempo dulu yang bernama A Rafiq. Lagu lagu A Rafiq yang mirip Elvis Presley serta terkenal dengan celana cutbray ini, sering dinyanyikan oleh bocah bersuara merdu ini.

Begitulah. Hari hari bocah ini lumayan membahagiakan dan menghangatkan hati.

Sepengingat Emaknya, bocah ini paling suka main di kebun karet tempat Emaknya bekerja menderes karet kebun orang lain. Emaknya menerima upah dari menderes karet, hasilnya untuk memberi makan dan kebutuhan anak anaknya.

Bocah yang bertubuh kecil ini, sering pula mengajak adiknya yang laki laki untuk menyusul Emaknya di kebun karet. Bahkan ia rela menggendong adiknya yang bertubuh tambun itu sehingga begitu jelas kepayahan di wajahnya. Tapi dia tetap riang gembira.

Baca Juga :  Rakernas Apdesi di Jambi, Gubernur Al Haris: Desa Garda Terdepan Pembangunan Bangsa

Optimistisnya sudah terlihat dari kecil. Bocah ini visioner, gigih, pantang menyerah dan senang belajar.

Emaknya tau itu. Karenanya, Emaknya berjuang mati matian agar anaknya yang satu ini, terus bersekolah dan melanjutkan pendidikannya di Bangko.

Setelah beranjak remaja, bocah yang lulus SMP PGRI Sekancing ini, melanjutkan pendidikan di SMA DB Bangko. Demi memenuhi kebutuhan sekolah dan hidupnya, ia bekerja serabutan di Kota Bangko.

Perjalanan hidup yang penuh aral melintang itu, akhirnya membawa bocah perajuk dan penggemar A Rafiq ini menjadi Gubernur Jambi di tahun 2020 lalu.

Ya, bocah ini ialah Al Haris, Gubernur Jambi. Kini ia tak lagi perajuk, tapi tetap suka main bola kaki.(***)

Kisah nyata ini ditulis Ali Monas (jurnalis dan penulis Jambi) berdasar cerita Ibunda-nya Al Haris ketika beliau masih ada