Zabak.id, TANJAB TIMUR – Peta politik di Tanjung Jabung Timur yang awalnya didominasi oleh pasangan Dillah-MT, kini mengalami perubahan signifikan pasca pendaftaran resmi di KPUD Tanjab Timur. Pasangan Laza-Aris yang sebelumnya dianggap sulit mengejar ketertinggalan, kini justru membawa dinamika baru yang mengguncang persaingan politik di wilayah tersebut. Pengamat komunikasi politik Jambi, Dedi Saputra menilai bahwa visi kuat yang diusung Laza-Aris, dengan tagline Bangkit, berhasil menarik simpati masyarakat yang mendambakan perubahan nyata.

“Visi “Bangkit” bukan sekadar slogan kosong, tetapi mencerminkan semangat perubahan yang diinginkan oleh masyarakat Tanjab Timur. Figur Laza dan Aris dinilai harmonis, mewakili pasangan anak muda yang segar dan progresif, menawarkan ide-ide baru yang relevan dengan kebutuhan masyarakat di masa mendatang.Ini adalah pasangan yang cocok untuk membawa Tanjab Timur ke arah yang lebih baik,” ungkap Dedi.

Baca Juga :  Gubernur Jambi Al Haris Telah Lama Idamkan Lomba Azan Tingkat Kabupaten dan Kota

Lebih dari sekadar visi, menurut Dedi, pasangan ini mampu memaksimalkan mesin politik mereka. Partai Amanat Nasional (PAN), yang dipimpin Laza dengan 15 kursi di DPRD, menjadi kekuatan utama. Selain itu, dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), di bawah Abdul Rasid, memberikan basis massa yang kuat di akar rumput. Rasid, yang memiliki pengalaman panjang dalam politik lokal, dikenal sebagai sosok yang memiliki jaringan solid di Tanjab Timur. Tidak hanya itu, Partai Demokrat, di bawah Haji Saifuddin, juga mendukung penuh pasangan Laza-Aris.

“Menurut saya Kehadiran Laza-Aris juga dianggap sebagai simbol kebangkitan Trah Nurdin, keluarga politik berpengaruh di Jambi. Laza, sebagai penerus dari gubernur dua periode Zulkifli Nurdin dan adik dari mantan gubernur Zumi Zola, membawa legitimasi politik yang tidak bisa dianggap remeh, ini bukan hanya Laza-Aris, ini adalah pertarungan trah Nurdin. Kondisi ini tentu semakin memperkuat posisi Laza-Aris di tengah masyarakat yang merindukan kebangkitan baru”

Baca Juga :  SWI Tanggapi Modus Penipuan Toko Online yang Menimpa Mahasiswa IPB

Sementara itu, Menurut Dedi, pergerakan pasangan Dillah-MT yang sebelumnya digadang-gadang kuat justru mulai stagnan. Di akar rumput, dukungan yang ada mulai melemah. Meskipun pasangan ini sempat mengandalkan kekuatan birokrasi, namun di penghujung waktu, diprediksi soliditas dukungan dari mesin birokrasi tersebut dipertanyakan. Banyak pengamat yang melihat adanya kalkulasi ulang di kalangan birokrat, yang berpotensi bermain dua kaki atau bahkan memindahkan dukungan mereka ke pasangan lain.

“Para birokrat itukan membawa kepentingan pribadinya, tentu mereka akan melihat peta politik yang terus berkembang, inikan tidak ada incumbent, Loyalitas mereka tidak akan kuat kepada kandidat manapun, kalkulasi mereka tentu siapa yang berpeluang besar untuk menang. Kondisi ini tentu menguntungkan bagi Laza-Aris yang berhasil menunjukkan kemajuan signifikan dalam pergerakan politik mereka,” tambah Dedi.

Baca Juga :  Ketua Komisi I Turlap Tinjau Kinerja PPK Paal Merah

Jika tren ini terus berlanjut, pasangan Dillah-MT bisa semakin terdesak, terutama jika mereka tidak segera memperbaiki strategi kampanye mereka dan tidak cukup waktu untuk mengembalikan kepada posisi semula.

Terakhir, menurut Dedi, Dengan mesin politik yang berjalan maksimal dan dukungan dari partai-partai besar, Laza-Aris kini dipandang sebagai kandidat yang semakin sulit untuk diabaikan. Peta politik Tanjab Timur pun berubah total, menandai persaingan yang kian ketat menuju Pilkada mendatang.(Li)