Zabak.id, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai tantangan yang dihadapi industri hulu migas semakin kompleks, sehingga diperlukan penguatan rantai suplai untuk menggenjot produksi.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, industri hulu migas menghadapi tantangan yang semakin kompleks seiring dengan adanya sejumlah pekerjaan besar yang akan berjalan dalam waktu bersamaan.

Pekerjaan tersebut termasuk proyek strategis nasional hulu migas yang ditargetkan mulai produksi antara 2027 hingga 2030. Proyek itu mulai dari Geng North, Genting, BP Tangguh, IDD, Andaman, hingga Masela.

Baca Juga :  Wakil Bupati Tanjab Barat Hadiri Peringatan Isra Mikraj di Ponpes Nurul Huda Desa Mandala Jaya

Maka rantai suplai yang memadai menjadi komponen penting dalam mendukung pengerjaan proyek produksi migas agar sesuai dengan target.

“Melalui penguatan rantai suplai yang efisien dan terintegrasi, SKK Migas berkepentingan memastikan bahwa proyek strategis hulu migas berjalan sesuai jadwal,” ujarnya Dwi dalam keterangannya dikutip Rabu (21/8/2024).

Upaya penguatan rantai suplai pun dilakukan SKK Migas dengan mempertemukan para pelaku industri hulu migas melalui gelaran Supply Chain & National Capacity Summit 2024 yang berlangsung selama tiga hari di Jakarta.

Baca Juga :  Gercin Indonesia Tetapkan Rakernas I di Papua dan Reposisi Sekjen dan Bendum

Wadah yang mempertemukan perusahaan, vendor, ahli, dan pemangku kebijakan sektor hulu migas itu telah diikuti lebih dari 9.694 peserta.

Gelaran ini pun telah melibatkan 28 perusahaan migas atau kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dan 39 mitra, yang mana 27 di antaranya membuka booth pameran.

Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko menambahkan, Supply Chain & National Capacity Summit 2024 juga telah menghasilkan penandatanganan 10 perjanjian jual beli gas (PJBG) dengan total nilai sebesar 1,24 miliar dollar AS.

Baca Juga :  Tingkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat, Komisi IV DPRD Provinsi Jambi Lakukan Stuba ke Sumsel

Selain itu, telah menghasilkan penandatanganan beberapa Nota Kesepahaman (MoU) untuk mendukung optimalisasi penggunaan produk dalam negeri, termasuk kerja sama di bidang pendidikan dan penelitian.

Di antaranya SKK Migas menandatangani MoU dengan PT Pertamina Patra Niaga untuk optimalisasi penggunaan produk dalam negeri. Lalu MoU dengan Citilink dan Pelita Air untuk penyediaan jasa angkutan udara.

“Penandatanganan beberapa MoU ini memperkuat kolaborasi dan mempersiapkan industri hulu migas dalam menghadapi tantangan yang ada,” kata Rudi.