Zabak.id, JERMAN – Seorang mahasiswi Universitas Jambi (Unja) berinisial RM (22) mengungkapkan kenyataan pahit saat dia mengikuti program Ferienjob di Jerman. RM berkata, dia sempat jadi kuli bangunan pada akhir 2023.
Dikutip dari detikSumbagsel, RM bercerita awalnya dia mengaku tertarik ikut program itu. Sebab, bisa dikonversikan menjadi 20 SKS seperti MBKM. Selain itu, para peserta yang ikut bisa menerima gaji hingga Rp 30 juta.
Namun, mahasiswi jurusan Ilmu Pemerintahan ini mulai merasakan kejanggalan dengan program Ferienjob ini begitu berangkat. Pasalnya, dia dibiarkan menganggur di penampungan Brisk United selama dua minggu.
Setelah itu, pada 30 Oktober 2023, dia memulai program magangnya dengan menjadi kuli paket sebuah perusahaan logistik di Kota Kaiserslautern.
Kerja 11 Jam di Ruangan Dingin Sortir Buah
Baru sekitar sebulan magang, RM diputus kontrak. Dia sempat luntang-lantung sebelum Brisk memberikan pekerjaan sebagai penyortir buah di Hannover pada 18 Desember 2023. Kondisi tersebut membuat dirinya mau tak mau menerimanya.
Kisahnya begitu pilu di sini. Selama 11 jam, dia harus berdiri di ruangan yang dingin untuk menyortir buah.
“Saat pulang kerja sekitar jam 7 malam mendapat insiden lagi. Kami pulang tidak dipesankan taksi. Selama 1,5 jam jalan kaki bahkan kita tidak tau ke mana perginya. Kita kelaparan tidak ada uang, kelelahan saya datang bulan secara pribadi,” ujarnya
“Itu baru sampai di terminal. Terus lanjut lagi menaiki 2 kali kereta dan bus baru sampai di penginapan,” sambungnya.
Jadi Kuli Bangunan Tanpa Prosedur
RM juga menceritakan momen saat dirinya dipekerjakan sebagai kuli bangunan. Saat itu, ia diminta salah satu agen penyalur membereskan apartemennya yang tengah direnovasi.
“Saya diminta ikut ke apartemen pribadi akan melakukan renovasi saya disuruh seperti kuli bangunan membantu mengorek cat dan wallpaper foam,” sebutnya.
Pekerjaan ini tidak ada di perjanjian kontrak kerja. Dia menduga pekerjaan ini hanya akal-akalan memanfaatkan para mahasiswa tersebut.
“Ini jelas tidak ada kontrak kerja untuk pekerjaan ini,” sebutnya.
Dari beberapa kejadian yang menimpanya itu, kata RM, tercatat dirinya telah 9 kali pemindahan akomodasi dalam rentang waktu 11 Oktober 2023 s.d 27 Desember 2023.
“Jarak antar akomodasi memakan waktu 5 sampai 12 jam perjalanan. Saya merasa sangat tidak nyaman dengan perjalanan dengan suhu dingin dan dengan uang yang sangat minim (karena belum mendapatkan gaji dan ketika mendapatkan gaji pun sangat minim). Ketika sampai di akomodasi pula, kerap kali beberapa jam setelahnya, saya langsung bekerja,” pungkasnya.
Hanya Dapat Gaji Bersih Rp 1 Juta
RM melanjutkan, tawaran mendapatkan gaji hingga Rp 30 juta ternyata hanya mimpi di siang bolong. Sebabnya, dia hanya mendapat gaji bersih sekitar Rp 1 juta.
Banyak potongan yang terjadi dari gaji yang ia terima, mulai dari uang biaya akomodasi yang membengkak, biaya transportasi, biaya ke PT SHB sebagai yang menalangi uang awal pendaftaran.
“Mungkin iya saya bisa dapat Rp 30 juta. Tapi untuk biaya pemotongan dan biaya taksi dari gaji saja ada yang tidak tertutup. Karena biaya taksi di sana cukup mahal,” terangnya.(*/DETIK)