Zabak.id, JAMBI – Pencemaran lingkungan di Provinsi Jambi yang dialiri aliran sungai Batanghari kerap menjadi persoalan yang sulit diatasi, terlebih masyarakat masih sangat minim pengetahuan soal akibat dari sampah yang dibuang di bibir sungai.

Salah satu wilayah yang terletak di semenanjung Tanjung Jabung Timur, yakni Kecamatan Kuala Jambi menjadi salah satu wilayah yang sulit untuk mengendalikan masyarakatnya untuk tidak membuang sampah di sungai.

Penulis menilai, hal itu terjadi karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah tentang pencemaran sungai.

Pemerintah harus turun berdialog dengan masyarakat. Mengajak masyarakat bergandengan tangan untuk menjaga keberlangsungan hidup dan kehidupan di sekitar sungai, agar kebersihan sungai dan lingkungan hidup dapat dirasakan manfaatnya untuk generasi yang akan datang. Dan menjelaskan bahwasanya, selain limbah industri, pertanian, dan kegiatan pertambangan, limbah rumah tangga termasuk penyebab utama tercemarnya sungai.

Baca Juga :  Disambut Pemprov Jambi, Sebanyak 453 CJH Kloter Pertama Siap Terbang Ke Jeddah Lewat Batam

Jika hal ini dibiarkan, kualitas air sungai batanghari akan semakin keruh, sehingga dapat merusak ekosistem sungai.

Data Dinas Lingkungan Hidup Daerah (DLHD ) Provinsi Jambi menunjukkan, Indeks kualitas air sungai batanghari kini hanya 48,9 poin atau dalam kategori buruk. Selain berwarna kecoklatan, Sungai kebanggaan masyarakat jambi ini banyak ditemukan kandungan limbah domestik, sampah residu, hingga merkuri.

Wenny Ira Reverawati, penerima apresiasi tingkat Provinsi tahun 2021 dalam “Pemberdayaan wanita desa lewat daur ulang sampah” mengatakan bahwa dalam catatannya didalam suatu lingkungan masyarakat dibutuhkan sosok patron yang terus mengkampanyekan dan peduli terhadap lingkungan, terutama mengenai sampah.

Baca Juga :  Dies Natalis HMI Ke 76 Tahun, Wakil Bupati Buka Secara Resmi Latihan Kader II Tingkat Nasional

“Suatu wilayah itu, (Kuala Jambi) ya harus emang ada namanya Patron (Tokoh) ataupun aktivis yang terus mensosialisasikan terkait sampah ini, yang menjadi kendala kita ini, masyarakat kita ini pragmatis, jika tidak melihat nilai ekonomisnya, maka tidak ada yang mau bergerak,” tuturnya dalam sesi wawancara online pada Selasa (08/08/2023) siang.

Ia menambahkan, Masyarakat perlu tahu bahwa sampah itu memiliki nilai ekonomis jika dikelola dengan baik serta memiliki manfaat yang beragam.

“Masyarakat itu perlu memahami, bahwa sampah itu bisa di daur ulang dengan beraneka ragam karya, seperti vas bunga, tas, tempat tisu, pelapis botol minuman Aqua, jika itu dibuat dengan bersih dan rapi, maka itu dapat dijual baik secara offline maupun online, selain itu, nantinya masyarakat kita juga bisa mendapat berbagai bantuan untuk mempermudah dalam mengelola sampah tersebut,” bebernya.

Baca Juga :  Masa Reses, H Bakri Tinjau PISEW di Pemayung

Selain itu, Wenny juga mengatakan bahwa peran pemerintah harus berkesinambungan dalam mewujudkan masyarakat peduli lingkungan serta membuat peraturan yang tegas.

“Pemerintah yang lama dan yang baru harus diteruskan, sehingga masyarakat pun juga turut konsisten dalam penerapannya,” pungkas Wenni.

Wenny juga meminta untuk masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dalam mengetahui pentingnya pengolahan sampah sehingga menimbulkan jiwa kewirausahaan terlebih soal pengelolaan sampah.

“Saya cuma minta masyarakat bisa meningkatkan kapasitasnya, percuma kita terus publikasi terkait sampah ini, tapi masyarakat tidak mau meningkatkan kapasitasnya,” tegas Wenni.(us)