Oleh: Kharisma Apriani*

Zabak.id, OPINI – Tasawuf merupakan keilmuan yang mengkaji tentang proses memperindah akhlak dalam bentuk lahir dan penyucian jiwa secara bathin untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Ilmu tasawuf dapat diterapkan dan diaplikasikan melalui perkembangan karakter yang mengedepankan penanaman nilai. Nilai-nilai tasawuf seperti sabar, syukur, qana`ah, dan zuhud merupakan formula sekaligus obat hati dalam mengarungi hidup dan kehidupan manusia yang semakin global. Karena itu diharapkan mempelajari tasawuf akan mampu memberikan kontribusi secara progresif karena nilai-nilai akhlak tasawuf telah membentuk karakter yang baik.

 

Dalam kaitan pada sejarah kelahiran ilmu tasawuf, terdapat juga beberapa pendapat, ada yang mengatakan bahwasanya ilmu tasawuf lahir karena adanya pengaruh dari ajaran, paham atau ideologi yang sudah ada lebih dulu, seperti ajaran agama kristen, unsur india (ajaran hindu budha), teori filsafat, tradisi persia, dan lain sebagainya. Jika kita telusuri secara cermat dari adanya sejarah islam, dapat dinyatakan bahwa tasawuf sebagai pengamalan yang telah lahir sejak kelahirannya islam sendiri tanpa adanya pengaruh dari ajaran atau paham dari adanya unsur lain.

Baca Juga :  LARIS versus DIMINTA Pertarungan un-dikotomi 

 

Karakter dapat di terjemahkan kedalam bahasa dengan istilah khuluq. Dalam da’irah ma’rifah dikatakan bahwasanya akhlak ialah “ sifat manusia yang terdidik”. Ahmad Amin mengatakan bahwasa akhlak  adalah “kehendak yang dibiasakan” (‘adah al-iradah) Imam al-Ghazali telah mendefinisikan bahwa : “Akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam jiwa yang melahirkan macam-macam  perbutan  dengan  gampang  dan  mudah  tanpa  memerlukan adanya perenungan  dan pertimbangan.

 

Dari sini dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan suatu kondisi  atau  sifat  yang  telah  meresap  di dalam  jiwa  dan  menjadi kepribadian  hingga  dapat melahirkan  berbagai  macam  perbuatan dengan  cara  spontan  dan  mudah  tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan sebuah pemikiran. Semua ini didapat karena setelah melalui pembinaan atau pembiasaan  yang  diinginkan. Jadi  akhlak atau  karakter seseorang  pada prinsip  itu dapat dibina, kalau dibina ke arah yang baik akhlaknya akan menjadi baik, demikian pula sebaliknya.

Baca Juga :  Demi Masa Depan Pemuda, Cakada Harus Sorot Kondisi Pertanian dan Kemaritiman

 

Dalam Bahasa Arab, bentuk  lahir  (al-khalq)  ditulis sama dengan  bentuk  batin (al-khuluq),  hanya  beda  baris (syakal). Kalau bentuk lahir bisa diubah atau dibentuk, maka bentuk batin pun bisa dibentuk ataupun dididik.

 

Tujuan pendidikan karakter berbasis tasawuf ini ialah memberi kompetensi kepada manusia agar mampu membaca fenomena alam, sosial dan budaya sebagai tanda kehadiran Tuhan, kemudian agar manusia mampu mengontrol diri dari berbagai sikap negatif, dan juga mampu mengembangkan diri dengan melakukan sikap-sikap positif, mampu mematuhi dan meformulasi norma dan aturan, dan juga mampu memahami hikmah dan manfaat norma dan aturan bagi kemaslahatan umat manusia.

Baca Juga :  Di Rimbun Negeri Melayu: Laza-Aris Menumbuhkan Potensi Lokal dan Pariwisata dengan Sentuhan Wibawa

*Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Prodi Aqidah Filsafat Islam Semester 2 Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi